Tahun C-1 Adven III
Kamis, 20 Desember 2018.
Bacaan: Yes 7:10-14; Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6; Luk 1:26-38
Renungan
ZAKARIA, sebagai orang suci pada jamannya, harus mengalami “bisu” setelah mendapatkan kabar gembira dari Gabriel di ruang maha suci di Bait Allah. Maria, anak dara biasa tinggal di Galiea-Nazareth, berani mengatakan “Aku ini hamba Tuhan. terjadilah padaku menurut perkataanMu” tanpa mengalami “kebisuan”. Kemampuan dan kesediaan untuk melakukan kehendak Allah ternyata tidak tergantung dari pemahaman agama-pengetahuan akan hukum Tuhan tetapi pada kebebasan untuk menerima kehendak Tuhan yang tidak mudah untuk dipahami. Zakaria mempertanyakan kehadiran anak walaupun ia memohon anak; Maria menayakan karena ia tidak tahu bagaimana.
Kisah Zakaria dan Maria ini membuat kita juga untuk belajar percaya pada kehendak Allah; tidak perlu mempertanyakan tapi kita bisa menanyakan. Mempertanyakan kehilangan orang-orang yang kita kasihi; mempertanyakan kondisi perkawinan kita; mempertanyakan perutusan kita; mempertanyakan kondisi fisik kita yang terbatas atau sakit kita; mempertanyakan situasi anak-anak kita yang diluar dugaan kita; Dengan “mempertanyakan” ada kecenderungan dari kita untuk menuntut pertanggungjawabkan atas pertimbangan Allah mengenai kondisi “tidak ideal” yang kita sedang kita sekarang. Dan jika kita tidak menemukan jawabannya, maka kita jatuh dalam krisis iman; “bisu” seperti Zakaria. Di hadapan dengan kehendak Allah yang berada di luar dugaan kita, kita boleh bertanya : bagaimana? artinya bahwa kita percaya pada keputusan Allah; hanya kita ingin tahu bagaimana itu bisa terjadi. Walapun kadang kita tidak tahu detailnya. Menayakan membuat kita maju ke depan yaitu bagaimana kita dapat bekerja mewujudkan rencanaNya.
Lebih baik menanyakan bagaiamana saya bisa pulih daripada mempertanyakan mengapa saya harus mengalami sakit. Lebih baik menanyakan bagaimana saya bisa tegar daripada mempertanyakan mengapa saya harus kehilangan orang-orang yang saya kasihi dalam hidup saya. Lebih baik menanyakan bagaimana saya bisa bangkit daripada mempertanyakan mengapa kita gagal membangun hidup keluarga. Lebih baik menayakan bagaimana membuat keluarga kita lebih bahagia daripada mempertanyakan perkara-perkara yang membuat kita tidak bahagia. Analisis ke belakang itu perlu; tetapi yang yang perlu dan penting adalah bagaimana menata hidup ke depan.
Kontemplasi
Gambarkan bagaimana Maria mengamini kehendak Allah dan berusaha memahamiNya.
Refleksi
Apakah aku lebih banyak mempertanyakan sesuatu yang terjadi dalam hidupku ataukan aku berani mengambil keputusan untuk move on dan bertanya “how to” dalam mengambil langkah positif?
Doa
Ya Bapa, rencanaMu adalah ya dan amin bagiku. Bolehkan aku mengenal dan mengikuti rencana dan rancanganMu supaya aku semakin mampu menempatkan diriku dengan baik di dalamNya. Amin.
Perutusan
Berhentilah mempertanyakan kehendak Allah tetapi tanyakanlah kepadaNya bagaimana anda dapat berpartisipasi lebih optimal dalam rencanaNya
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)