Kamis 26 April 2018.
Bacaan: Kis 13:13-25; Mzm 89:2-3.21.25.27; Yoh 13:16-20.
Renungan:
TUHAN Yesus mengatakan dengan jelas otoritas seorang pewarta; seorang pewarta adalah duta : “Barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus aku”. Semangat inilah yang menyala-nyala di dalam pewartaan murid-murid Yesus. Di satu sisi mereka mempunyai kepercayaan diri yang kuat atas nama Yesus; di lain sisi mereka juga siap untuk ditolak dan mengalami nasib sama seperti gurunya. Para utusan ini menjadi tanda kehadiran Yesus di tengah-tengah jemaat. Penghormatan itu tentunya dialami ketika terjadi ikatan yang dekat antara murid-Yesus dan Bapa. Mereka berbicara atas nama Yesus.
Dalam hidup religius-imamat, rasa hormat kita berikan kepada pribadi yang dipercaya oleh Kristus memimpin kita. Kita memandang pemimpin kita bukan hanya secara fungsional tetapi juga secara rohani. Para pemimpin adalah pribadi yang dipercaya dan dipilih oleh Tuhan. Kita mendengarkan dan mentaati para pemimpin kita dengan ketaatan rohani. Sikap mendengarkan dan taat ini tidak sama dengan mengkultuskan pribadi pemimpin. Kita tetap dapat berdialog dan mengambil keputusan-keputusan bersama dalam semangat keterbukaan. Kelemahan dan ketidakidealan seorang pemimpin dalam komunitas jangan mengaburkan nilai dan makna dari sikap mendengarkan dan taat kita.
Sebagai umat, kitapun menghormati para pemimpin rohani kita. Kita memanggilnya “pastor” atau “romo”. Sikap hormat ini juga jangan sampai kepada kultus pribadi, sehingga “nge fan” dan apapun keinginannya dituruti. Sebaliknya kita juga tidak boleh menuntut para imam sempurna; karena “pastor” juga punya kekhasan dan kelamahan masing-masing. Kita mengembangkan sikap hormat dengan keberanian kita untuk mendengarkan dan taat kepada kebijaksanaan dan ajaran-ajarannya. Kita juga dapat turut mengambil bagian dalam kebaikan para gembala kita dengan memberikan masukan ataupun mengingatkan. Bagi kita yang pernah berkonflik dan merasa terskandali dengan hidup para gembala, tetaplah kita setia pada Kristus dan GerejaNya.
Sikap hormat di dalam keluarga kita berikan pula kepada orang tua kita. Mereka dipercaya Tuhan untuk mendampingi proses kedewasaan kita. Sikap hormat itu juga kita tunjukkan dengan sikap mendengarkan dan taat. Pengalaman kita disalah mengerti bukan menjadi alasan bagi kita untuk marah dan pergi, tetapi menjadi keseempatan bagi kita orang berbicara dan dipahami. Orang tua kita memang tidak sempurna seperti yang kita bayangkan, tetapi itu tidak boleh membuat kita mengurangi rasa hormat kita kepada mereka.
Kontemplasi
Gambarkan bagaimana perasaan dan sikap murid-murid Yesus mendengar perkataan di atas?
Refleksi
Bagaimana aku mengembangkan rasa hormat dan penerimaan kepada orang-orang yang dipercaya oleh Tuhan untuk menjadi utusanNya?
Doa
Ya Bapa, semoga aku semakin mampu melihat kehadiranMu dalam diri utusan dan pemimpin yang Kauberikan kepadaku. Amin.
Perutusan
Kembangkan sikap hormat, mendengarkan dan taat kepada para utusan Allah dengan keberanian untuk berdialog bersama
https://www.youtube.com/watch?v=JL_JoKuOXtI
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)