Sabtu, 7 Oktober 2017.
PW Rosario S.P Maria
Bacaan: Bar 4:5-12.27-29; Mzm 69:33-37; Luk 10:17-24.
Renungan
BARUKH mengungkapkan bahwa Allah dan Yerusalem adalah Pengasuh yang setia. Mereka mengasuh dengan sukacita, sedih-kesepian melihat kedosaan dan kemalangan, tetapi yang selalu memberikan pengharapan sukacita jika Israel berbalik kepada Allah.
Kita sebagai orang tua, gembala ada seorang pengasuh bagi hidup anak-anak kita. Diterangi oleh Barukh, kita diundang untuk menjadi pengasuh yang mengasuh dengan sukacita. Mengasuh anak-anak bukanlah pekerjaan yang mudah. Di setiap tahap usia mereka, kita mengalami kegembiraan, kecemasan dan kadang juga mengalami kemarahan dan kejengkelan. Kegembiraan karena anak-anak bertumbuh sesuai dengan pengharapan kita. Kesedihan ketika mereka menjauh dari proses pertumbuhan hidup yang benar.
Namun di atas semua dinamika pengalaman tersebut, kita dipanggil untuk menjalankan fungsi pengasuhan itu dengan sukacita. Sukacita kita itu sangat berdampak pada pertumbuhan hidup anak-anak dan relasi kita dengannya.
Sukacita kita sebagai orang tua dapat kita temukan dalam pengalaman perjumpaan kita dengan Allah melalui doa harian, firman dan ekaristi; doa yang kita panjatkan bersama untuk anak-anak yang dititipkan Allah yang kepada pengasuhan kita; Firman yang menjadi penerang dan penguat bagi kita untuk mampu mendidik anak-anak; dan Ekaristi yang memberikan daya pemberian diri dengan sukacita.
Marilah kita jadikan rumah kita, keluarga kita, sebagai tempat dimana anak-anak mengalami sukacita, karena kita mengasuh mereka juga dengan sukacita.
Kontemplasi
Gambarkan bagaimana Barukhm memahami Allah dan Yerusalem sebagai pengasuh yang bersukacita.
Refleksi
Apakah kegembiraan, sukacita, damai, mendominasi dalam pengasuhanku kepada anak-anak?
Doa
Ya Bapa, ajarilah kami untuk menjadi orang tua yang mengasuh anak-anakMu dengan sukacita.
Perutusan
Belajarlah melakukan fungsi pengasuhan dengan sukacita (Morist-MSF)
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)