Bacaan : Keb 12:13.16-19; Mzm 86:5-6.9-10.15-16a; Rom 8:26-27; Mat 13:24-43
Renungan
Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma mengajarkan peran Roh Kudus dalam hidup pribadi. Roh membantu kita dalam kelemahan kita; dan secara khusus di dalam hal berdoa. Bahasa kita terbatas untuk mengungkapkan hati kita yang paling dalam kepada Allah dan Rohlah yang membantu kita.
Kita menggunakan kata-kata 20-30 % dari komunikasi kita dengan orang lain. Kita masih mengenal tone dan gesture. Komunikasi verbalpun lebih sedikit dampaknya dari komunikasi non verbal. Di dalam relasi dengan sesama bahasa-kata memegang peran minim karena terbatas. Intimitas-keakraban justru banyak dibangun oleh bahasa bahasa non verbal yang disertai dengan ungkapan verbal.
Demikian juga dalam berkomunikasi dengan Allah, kitapun mengalami keterbatasan. Kita memuji dan menyembah Allah dengan kata-kata verbal, dengan bahasa non verbal, dan ungkapan hati terdalam yg tak terwakili oleh kata dan gesture, yaitu Roh. Ungkapan kecintaan, hormat, kedekatan, kehangatan yang membanjiri perasaan dan hati serta menggetarkan lidah untuk berbicara. Ungkapan Roh ini dapat dialami oleh semua orang beriman tanpa kecuali. Inilah yang disebut dalam gerakan kharismatik sebagai bahasa Roh.
Kontemplasi
Gambarkan bagaimana Paulus sendiri mengalami pengalaman Roh dalam doa doanya sebagaimana tercermin dalam ajarannya?
Refleksi
Apakah aku memberi kesempatan kepada Roh untuk berdoa bersamaku untuk mengkomunikasikan isi hatiku dan isi hati Allah?
Doa
Ya Roh Kudus berdoalah bersamaku senantisa. Amin.
Perutusan
Aku memberikan peran kepada Roh untuk turut berdoa membawa hatiku yang paling mendalam kepada Allah (Morist MSF)
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)