Tahun A-2. Pekan Biasa I
Selasa, 14 Januari 2020.
Bacaan: 1 Sam 1:9-20; 1 Sam 2:1.4-5.6-7.8abcd; Mrk 1:21b-28
Renungan:
HANA bernazar, “…jika…memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada Tuhan seumur hidupnya. Dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya.”. Bukan karena nazar ini Allah serta merta memberikan keturunan seorang anak laki-laki kepada Hana, tetapi karena Hana meminta anak bukan hanya untuk kepentingannya sendiri, menutupi aib, tetapi untuk mempersembahkan anaknya kepada Tuhan. Dan Hana digambarkan konsekwen. Begitu cerai susu, ia harus berpisah dengan anaknya karena anak itu dipersembahkan sebagai nazir Allah.
Kelahiran anak-anak di tengah keluarga kita bukan bertujuan untuk membahagiakan kita sebagai orang tua atau memenuhi keinginan kita mempunyai anak. Kelahiran anak-anak dalam perkawinan itu adalah untuk rencana Allah. Kadang kita merasa sesaat saja bersama mereka dan kemudian mereka sudah dewasa meninggalkan kita sebelum kita merasa cukup menikmati “memilikinya”. Benar, perjuangan dan jerih payah kita memang ditujukan untuk membantunya bertumbuh sebagaimana Tuhan kehendaki. Dan kadang kehendaknya itu diluar rencana dan cara pikir kita. Mereka datang kepada kita, ketika kita sudah lanjut, dan kita kadang tidak menjadi prioritas dalam hidupnya.
Mendapatkan keturunan adalah sebuah kesempatan yang diberikan Allah kepada kita untuk belajar mencintai dan memberikan diri. Dengan kehadiran mereka di tengah-tengah, kita semakin paham menangkap kasih Allah yang begitu luar biasa atas kita melalui kasih yang kita berikan kepada anak-anak. Kesempatan yang tidak boleh disia-siakan oleh egoisme, kesibukan, cara hidup yang tidak patut untuk diteladan. Jangan rusak dan memberikan batu sandungan kepada anak-anak kita dengan hidup pribadi dan perkawinan kita yang buruk. Marilah kita berikan kepada mereka kasih yang tanpa pamrih, pendampingan yang tekun dan penuh syukur, dan perjuangan hidup yang tidak mengenal lelah.
Kontemplasi:
Gambarkan kebahagiaan Hana ketika mendapatkan Samuel dan sekaligus keberanian Hana untuk mempersembahkannya kepada Allah.
Refleksi:
Bagaimana sikapku sebagai orang terhadap anak-anak yang Tuhan anugerahkan kepadaku?
Doa:
Ya Bapa, semoga kami semakin mampu menjadi orang tua terbaik bagi anak-anak kami dan dengan tulus mempersembahkan mereka bagi rencanaMu.
Perutusan:
Doakanlah dan persembahkanlah anak-anak anda kepada rancangan dan rencana Allah.
(Morist MSF)
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)