Tahun A-2. Minggu Paska VI
Minggu, 17 Mei 2020.
Bacaan: Kis 8:5-8.14-17; Pet 3:15-18; Yoh 14:15-21.
Renungan:
FILIPUS, adalah penginjil, anggota dari tujuh diakon, mewartakan injil ke daerah Samaria, yang pada jaman itu “bermusuhan” dengan orang Yahudi karena faktor sejarah pada masa Ezra. Tidak semua orangnya asli Yahudi. Mereka adalah orang campuran. Mereka menerima pewartaan Filipus dan percaya akan tanda-tanda yang dibuat Allah melalui perantaannya. Respond positif itu didengar oleh sokoguru di Yerusalem dan mereka menindaklanjuti dengan mengutus Petrus dan Yohanes untuk memastikan pertumbuhan iman mereka, mengajar mereka dan memohonkan pencurahan Roh Kudus bagi yang mereka sudah menerima baptis. Menabur iman itu penting tetapi harus juga disertai dengan pengajaran, pendampingan dan -penguatan.
Imam bertumbuh tidak dengan sendirinya karena baptis. Beberapa orang, setelah baptis menjadi “beku” dan kemudian baru mencair beberapa bulan sebelum komuni pertama. Komuni pertama dan perkawinan. Ini terjadi karena beberapa orang kristen, fokus pada “menerima sakramen” dalam upacara daripada menghidupi iman dan sakramen yang telah diterimanya. Masih lumayan, jika mereka tumbuh di keluarga kristiani yang mempunyai kebiasaan iman yang baik, walaupun itu tidak cukup. Paedagogi iman itu penting supaya iman itu bertumbuh dalam : pemahaman, perayaan, perwujudan dan penghayatan (doa). Sebaik apapun gereja mempersiapkan katekis, menyiapkan modul pendampingan iman berjenjang, tetapi jika tidak disertai dengan kesadaran kita tentang pendidikan iman, maka semua iman kita juga akan “beku”. Jika beku maka waktu dan tenaga gereja akan terkuras ke pendampingan iman kedalam, dan peran keluar gereja akan berkurang.
Kita memerlukan paedagogi iman, entah sebagai anak maupun orang tua, sebagai sebuah “keharusan” yang mengalir dari baptis kita. Apalagi dalam saat sekarang ini, ketika beberapa peran dan fungsi gereja tidak dapat berjalan. Perlu ada inisiaif untuk meneruskan pendampingan iman dalam aneka tingkat melalui pertemuan dan dialog iman dengan anak, anak remaja maupun dewasa. Sekolah iman harus tetap jalan walaupun secara virtual.
Kontemplasi:
Gambarkanlah bagaimana Gereja Pedana menindaklanjuti pewartaan Filipus dengan pendampingan iman.
Refleksi:
Bagaimanakah hidup berimanku pada masa-masa ini? Apakah waktuku habis untuk peribadatan online? ataukah aku berani membangun sekolah iman untuk boleh bertumbuh terus dalam iman?
Doa:
Ya Bapa, semoga iman kami tidak mengalami kebekuan, dan terus bertumbuh sejak dari awal baptis sampai sekaran ini dengan pembelajaran iman terus menerus.
Perutusan:
Bentuklah sekolah iman bersama dengan melibatkan para katekis dan pengajar iman untuk memperlakapi kehidupan iman kita.
(Morist MSF)
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)