Tahun A-2. Minggu Paska V
Senin, 11 Mei 2020.
Bacaan: Kis 14:5-18; Mzm 115:1-2.3-4.15-16; Yoh 14:21-26.
Renungan:
KISAH Para Rasul mengisahkan kepada kita bagaimana pewartaan Injil itu kadang mendapat penerimaan, kadang pula mendapat penolakan. Tidak berbeda dengan apa yang pernah dialami oleh Tuhan Yesus dan disabdakan Tuhan Yesus berkali-kali kepada para pengikutNya. Di Ikonium, orang yahudi dan non yahudi menolak dan mengusir Paulus dan Barnabas. Tetapi di Likaonia, di Listra dan Derbe, Paulus diterima seperti “dewa”. Mereka mengatakan bahwa Barnabas seperti “Zeus” dan Paulus seperti “Hermes”. Namun bagi pewarta yang tulus, jujur, benar dan tanpa pamrih ini, penolakan tidak membuat mereka sakit hati dan berhenti mewartakan Injil; dan pendewaan figur tidak membuat mereka mencari kesempatan dan terbelokkan. Penolakan terhadap pendewaan diri mereka itu juga bisa menjadi bumerang penolakan orang terhadap mereka. Mereka pewartan iman yang hanya bekerja untuk kebenaran Injil dan bukan hanya untuk menjadi prestasi dan kesuksesan pribadi.
Pengalaman penolakan dan pendewaan juga kita alami dalam pewartaan kita baik sebagai imam, religius maupun awam. Ditolak karena pelayanan kita tidak sesuai dengan harapan umat; dan didewakan karena pelayanan kita itu memenuhi harapan umat dan membagiakan mereka. Benar, bahwa sebagai seorang pelayan umat kita perlu membuat pelayanan kita itu menarik supaya “kena” di hati umat.
Kritik, keberatan dan penolakan atas pelayanan kita adalah hal yang wajar, asal bukan karena hidup dan perilaku kita yang mendukung pewartaan. Ktia dapat mempelajari cara yang lebih baik dalam pewartaan; namun kita tidak boleh melencengkan nilai kebenaran Injil.
Sebaliknya, pendewaan jangan kita jadikan kesempatan untuk berbesar diri. Kita sering dipanggil, dilibatkan, dianggap paling mampu dan bisa, dan itu menyenangkan-membanggakan kita; Setiap datang kita disambut dengan “entertain” yang besar, mendapat fasilitas ekstra ordinary. Hati-hati, jangan sampai ikatan-ikatan yang terjadi dan balas jasa itu dapat membawa kita pada sikap “sungkan” dan “mengikuti keinginan” orang banyak tanpa memperhatikan cara hidup ktia dan nilai pewartaan Injil yang asali. Jika hal itu menyimpangkan kita dari kebenaran Injil, kita harus benani menolaknya. Kita adalah pelayan Injil dan yang kita wartakan adalah nilai Injili bukan memenangkan relasi dan mencari keuntungan pribadi.
Kontemplasi:
Gambarkan bagaimana Barnabas dan Paulus bersikap terhadap penolakan atau pendewaan yang mereka alami dalam pewartaan Injil.
Refleksi:
Bagaimana sikapku sebagai pewarta Injil terhadap penolakan dan pendewaan pribadi?
Doa:
Ya Bapa, semoga kami selalu bertumbuh menjadi pewarta-pewarta InjiMu yang jujur, benar, dan tanpa pamrih serta mengedapankan kebenaran Injil baik ketika berhadapan dengan resiko penolakan maupun ketika mengalami penerimaan dan didewakan.
Perutusan:
Sebagai pewarta Injil, hiduplah dan wartakanlan kebenaran Injil dengan cara yang benar, jujur dan tanpa pamrih hanya untuk kemuliaan Tuhan
(Morist MSF)
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)