Lentera Keluarga – Pemulihan : Pertobatan dan Penerimaan

0
465 views

Tahun A-2. Minggu Biasa XIV

Jumat, 10 Juli 2020. 

Bacaan:  Hos 14:2-10; Mzm 51:3-4.8-9.12-13.14.17; Mat 10:16-23. 

Renungan: 

“BERTOBATLAH hati Isreal…Datanglah membawa kata-kata penyelasan..” Perubahan dan pemulihan hidup diawali dengan sebuah pertobatan yang sadar dan penuh penyesalan “Asyur tidak dapat menyelamatkan kami…” Pertobatan ini disambut baik oleh Allah “Aku akan memulihkan mereka dari penyelewengan. Aku akan mengasihi mereka dengan sukarela..” Pertobatan yang sungguh-sungguh dan penerimaan yang sukarela membawa pada pemuihan dan membawa relasi jauh lebih berkualitas dari sebelumnya: “Mereka akan berkembang seperti pohon anggur, yang termasyur seperti anggur Libanon”.

Pemulihan dalam perkawinan itu selalu mungkin jika ada 2 hal ini: pertobatan yang sungguh-sungguh penerimaan dengan sukarela. Pemulihan sering tidak terjadi karena penyelesaian tidak tuntas dan hanya berhenti pada kesepakatan tanda tangan.  Pertobatan sering diartikan yang penting sudah selesai dan tidak perlu dibahas dan ditanggapi, atau hanya pada “tidak mengulangi lagi yang lama”. Dan penerimaan itu kadang setengah hati, karena di balik kepala masih ada begitu banyak pertanyaan yang tidak terjawab. Pertobatan dan penerimaan seperti ini tidak akan membawa pemulihan perkawinan, tetapi pada kebekuan relasi, hidup bersama yang terasa berat dan akhirnya juga kembali ke hidup yang lama. 

Maka, sungguh penting, bahwa pemulihan relasi suami isteri itu harus didasari dengan pertobatan dan penerimaan yang sungguh-sungguh, walaupun kadang itu memerlukan waktu dan tidak dapat dipaksakan. Pergumulan masih harus dimenangkan oleh setiap pihak untuk mengobati luka dan menundukkan keinginan sesaat. Ada saatnya untuk merenung dan diam di hadapan Tuhan untuk memohon kekuatan supaya kita tidak menunda-nunda untuk tertobat dan menerima kembali. Pertobatan dan penerimaan kembali akan menumbuhkan perkawinan jauh dari sebelumnya. 

Kontemplasi:

Gambarkanlah bagaimana pemulihan itu terjadi ketika ada pertobatan yang disertai dengan penyesalan dan penerimaan yang tulus. 

Refleksi:

Apakah dalam setiap persoalan aku mendalaminya dengan berbicara dan mendengarkan dari hati ke hati, menyelesaikannya dengan pertobatan yang sungguh-sungguh dan penerimaan yang tulus?

Doa:

Ya Bapa, berikanlah harapan dalam hidup perkawinan kami, supaya kami bersama-sama dapat dipulihkan; mengalami pertobatan yang sungguh-sungguh dan penerimaan yang tulus satu sama lain. 

Perutusan:

Bertobatlah dengan sungguh-sungguh dan terimalah dengan ketulusan hati, maka pemulihan terjadi dalam perkawinan anda. 

(Morist MSF)

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here