Tahun C-1. Pekan Biasa XXIX.
Selasa, 29 Oktober 2019.
Bacaan: Rom 8:18-25; Mzm 126:1-6; Luk 13:18-21.
Renungan:
PAULUS mengungkapkan pentingnya “pengharapan” dimana semua dosa, kelemahan, sakit, keluhan karena kedagingan kita dipulihkan dan kita diangkat menjadi anak. Pengharapan itu tidak mudah karena membutuhkan iman dan ketekunan menghadapi situasi gelap dimana kadang kita hanya melihat setitik sinar.
Situasi perkawinan dan keluarga yang penuh konflik dan situasi berat kadang membuat kita kehilangan pengharapan dan lelah. Dengan kehilangan pengharapan, maka kitapun mudah emosi dan bersikap “ngawur” yang justru membuat situasi jauh lebih berat. Kadang kita berkata “ia seperti itu, mengapa aku tidak boleh melakukan yang sama?“ “Mengapa saya harus bersikap baik, sementara diperlakukan tidak baik.” Inilah yang disebut dengan keputusasaan. Jika pikiran ini terus berkembang, maka kita akan melakukan hal yang sama dengan orang yang “membuat kita” menderita. Bagi orang yang hidup dalam pengharapan, dalam situasi perkawinan dan keluarga yang buruk sekalipun, ia tetap bersikap benar, bijak dan berhati-hati, supaya situasi tidak semakin berat. Hanya orang yang beriman dan tekunlah yang akan melihat kuasa Allah yang memulihkan hidup. Waktu Tuhan akan tiba.
Bagi kita sebagai religius ataupun imam, kitapun menjadi pioneer hidup dalam pengharapan kristiani. Kadang hidup bersama berat, kadang pula perutusan berat, masih ditambah dengan tantangan tugas perutusan yang membuat kita letih dan lelah. Ada keinginan mundur dari perutusan dan menarik diri dari tantangan. Kita lelah berususan dengan komunitas, dengan pekerjaan ataupun dengan orang-orang yang kita layani. Hidup dalam pengharapan membuat kita bukan hanya bertahan, tetapi berani bersikap benar dan tekun melaksanakan tanggungjawab sampai paripurna. Kita percaya bahwa Tuhan memberikan ending yang baik seturut dengan waktuNya.
Kontemplasi:
Gambarkan arti pengharapan bagi Paulus sebagaimana tercermin dalam pengajarannya.
Refleksi:
Apakah dalam menghadapi tantangan dan persoalan, aku memilih hidup dalam pengharapan ataukah keputusasaan?
Doa:
Ya Bapa, semoga dalam situasi yang paling gelappun, kami tetap percaya dan berkobar dalam pengharapan serta ketekunan; karena bukan karena kemampuan kami, hidup kami dipulihkan, tetapi karena Engkau.
Perutusan:
Tekunlah dalam pengharapan dengan tetap mencari jalan yang terbaik dalam setiap masalah dan kesulitan.
(Morist MSF)
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)