Lentera Keluarga – Penonton vs Peserta

0
428 views

Tahun C-1 Adven II. PW. Yohanes dari Salib, Imam dan Pujangga Gereja.
Jumat, 14 Desember 2018.
Bacaan: Yes 48:17-19; Mzm 1:1-6; Mat 11:16-19

Renungan

TUHAN Yesus memberikan kritik orang banyak yang menjadi pendengarNya yang cenderung menjadi penonton-komentator-apatis undangan keselamatan Tuhan. “Kami meniup seruling bagimu, tetapi kalian tidak menari. Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kalian tidak berkabung”. Pewartaan Yohanes mengenai pertobatan menjadi tontonan; segala pengajaran Yesus yang luar biasa menjadi bahan pembicaraan.

Dalam aneka segi mentalitas penonton-komentator itu juga dapat hidup dalam diri umat kita dalam ekaristi, ibadat, katekese, retret ataupun rekoleksi. Kita berdiri di luar mencermati petugasnya, tata caranya, pemberinya dan situasinya dlsb. Kita sibuk jadi penilai dan tidak terlibat. Jika kita dikuasai mentalitas seperti ini, maka kitapun tidak akan bertumbuh dalam iman.  Mentalitas penilai dan komentator juga dapat tumbuh dalam relasi perkawinan; ketika salah satu pihak sibuk mencermati cara berpikir dan bagaimana pasangan menyampaikan pandangan daripada memahami isi yang mau disampaikan. Komunikasi ini disebut sebagai metakomunikasi dan akan membawa relasi suami isteri menjadi semakin ruwet.  Dalam hidup bersama religius-iman juga sama; membicarakan kelemahan dan keburukan anggota komunitas tidak membantu apapun bagi kebaikan orang yang bersangkutan.

Sebaliknya, kita diundang untuk terlibat, menjadi peserta “in” dalam sejarah keselamatan Tuhan yang dirayakan dalam aneka hidup menggereja. Terutama di masa adven ini, kita diberi kesempatan untuk semakin lebih dekat dengan Tuhan dengan doa, renungan adven maupun dengan penerimaan sakramen rekonsiliasi. Kita bawa hati dan budi kita masuk dalam suasana penantian Tuhan. Ketika kita “in” kita akan mengalami pengalaman-pengalaman iman yang merubah hidup kita.

Dalam keluarga dan hidup berkomunitas, kita juga diundang untuk terlibat dan masuk mengambil bagian demi kebaikan anggota keluarga dan rekan-rekan kita.  Kita mengembangkan empati dan mau terlibat dalam hidup mereka. Memberikan hati untuk mendengarkan daripada menilai; memberikan suasana yang baik bagi pertumbuhan hidup rekan kita daripada kita membicarakannya. Satu perbuatan kasih sederhana untuk saudara kita lebih berharga daripada ribuan analisa mengenai hidupnya.

Kontemplasi

Renungkanlah kata-kata yang disampaikan oleh Tuhan Yesus kepada orang banyak?

Refleksi

Apakah aku mengambil keputusan untuk “in”  dalam persiapan rohani selama masa adven ini?

Apakah aku lebih memilih menjadi partisipator bagi hidup keluarga dan komunitasku?

Doa

Ya Bapa, aku mengambil keputusan untuk masuk dalam menyambut kedatangan PuteraMu dengan sepenuh hatiku. Amin.

Perutusan

Jadilah partisipator dengan melakukan kebaikan daripada komentator keburukan.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here