Lentera Keluarga – Penundukan Diri

0
251 views

Tahun A-2. Pekan Adven III
Rabu, 18 Desember 2019. 
Bacaan: Yer 23:5-8; Mzm 72:2.12-13.18-19; Mat 1:18-24.

Renungan:

KELUARGA Yusuf dan Maria yang sedang bertunangan dipilih Allah sebagai tempat bagi lahir dan bertumbuhnya Sang Imanuel. Pilihan jatuh kepada Yusuf dan Maria karena Allah yakin dan percaya akan keutamaan hidup mereka. Yusuf adalah orang saleh yang taat kepada hukum, namun ia menerapkan hukum dengan lembut dan penuh belas kasih kepada Maria tentunya dengan aneka gejolak perasaan tidak mengerti dan tidak terima. Dengan Maria yang mengandung, posisi Yusuf menang secara hukum bahkan bisa menuntut hak dan mencelakakan Maria. Segalanya ia tundukan karena belaskasih dan rencana Allah. Iman, ketaatan dan kelembutan hati Yusuf menjadi model bagi kita untuk belajar menerima kehadiran Imanuel. 

Menyambut Tuhan membutuhkan kelurusan hati, ketaatan dan kelembutanl dan sekaligus penundukan diri. Seorang kepala keluarga belajar menundukkan rencana-rencananya dan mengalah untuk kebaikan anggota keluarga. Kita sebagai orang tuapun belajar menundukkan keletihan, kecemasan dan kekjengkelan atapun kemarahan kepada anak-anak kita, bahkan memeras keringat demi kebakan seluruh keluarga. Anak-anak pun belajar menundukkan acara-acara pribadi dengan teman-teman untuk kebaikan keluarga. 

Kita sebagai religius dan imampun melakukan hal sama. Kita memberikan prioritas pada jadual komunitas, jadual bersama tarekat + keuskupan dibanding dengan rencana-rencana kita sendiri. Tuhan hadir membutuhkan kerendahan dan penundukan diri kita. 

Kontemplasi:

Gambarkan bagaimana Yusuf belajar untuk menyerahkan hidup dan rencananya ke dalam rencana Allah yang berada di luar perkiraan dan tidak menguntungkannya.

Refleksi:

Apakah aku berani memberikan prioritas kepada kepentingan Tuhan, keluarga, tarekat, keuskupan daripada kepentingan-kepentingan lain?

Doa: 

Ya Bapa, semoga kami menyambut kehadiran Yesus dengan kerendahan hati dan penundukan diri. 

Perutusan:

Jangan membentuk diri anda sendiri. Biarkan Tuhan membentuk anda dengan caraNya dan melalui komitmen anda untuk kebaikan bersama.

(Morist MSF)

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here