Tahun A-2. Minggu Paska V
Rabu, 13 Mei 2020.
Bacaan: Kis 15:1-6; Mzm 122:1-2.3-4a.4b-5; Yoh 15:1-8.
Renungan:
SUNAT dalam tradisi Yahudi adalah sebuah tanda perjanjian “Brit Milah”, sebuah perintah Allah kepada Abraham dan keturunannya (Kej 17:10-14). Imamat 12:3 mengatakan bahwa sunat dilakukan pada hari ke 8 setelah kelahiran. Sunat dewasa diperlakukan oleh Yosua terhadap orang Israel sebelum pesta paska sebelum mereka masuk ke tanah kanaan(Yos 5:2-9). Orang Yahudi memandang orang Filistin dan bangsa lain dengan sebutan arelim, orang tidak bersunat. Orang non Israel yang ingin menjadi Yahudi harus disunat untuk dapat ikut dalam Paskah (Kel 12:48). Sunat adalah tanda dari pertobatan. Persoalan ini menjadi persoalan pertama yang dihadapi oleh jemaat ketika beberapa orang menjadi Yahudi bertobat dan menjadi kristen. Perbedaan itulah yang mendorong Barnabas dan Paulus datang ke Yerusalem untuk mengadakan pertemuan bersama dan mengambil keputusan bersama. Di satu sisi mereka paham akan hukum Musa; di lain sisi, mereka melihat bahwa karya Allah bekerja atas mereka yang belum bersunat dan mereka sudah dibaptis; dan apakah menjadi kristen harus menjadi Yahudi terlebih dahulu.
Semangat kesatuan tokoh-tokoh gereja awal ini mengagumkan. Di tengah perdebatan yang tidak mudah dipecahkan, mereka tidak memutuskan sendiri berdasarkan kebenaran mereka; tetapi dengan penuh kesadaran menjaga kesatuan jemaat dengan datang untuk berbicara dengan sokoguru gereja. Di tengah polemik, mereka tidak jatuh dalam diskusi dan debat yang memperuncing persoalan di tengah jemaat; tetapi mengambil sikap positif untuk segera menyelesaikan. Sebuah sikap bijaksana dalam meredam dan mengatasi polemik jemaat.
Sikap tanggap dan bijaksana serta menjaga kesatuan jemaat inilah yang penting dipegang bagi setiap pemimpin di tingkat manapun. Pendapat, pandangan pribadi, keyakinan pribadi, kebenaran pribadi, hendaknya di rem dan dibicarakan dulu sebelum mengeluarkan sebuah pendapat. Pendapat kita dapat digunakan sebagai sebuah pembenaran untuk satu kelompok untuk berpolemik dengan kelompok lain, lepas dari maksud dan keinginan kita.
Kontemplasi:
Gambarkan bagaimana Barnabas dan Paulus mengambil keputusan bijak untuk membicarakan polemik mengenai sunat yang berkembang di jemaat.
Refleksi:
Bagaimana sikapku terhadap perbedaan yang dihadapi di dalam jemaat?
Doa:
Ya Bapa, ajarilah kami untuk tanggap, bijaksana dan senantiasa menjaga kesatuan jemaat.
Perutusan:
Belajar tanggap dan bersikap bijak berada dalam perbedaan.
(Morist MSF)
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)