Kamis, 7 Desember 2017. PW St Ambrosius.
Bacaan: Yes 26:1-6: Mzm 118:1.8-9.19-21.25-27a: Mat 7:21.24-27
Renungan
TUHAN Yesus mengingatkan kepada para pendengarkan pentingnya membangun pondasi hidup iman yang kokoh : pendengar dan pelaksana firman. Tuhan mengumpamakan hidup seperti sebuah bangunan rumah. Kekuatan sebuah rumah terletak pada dimana dan bagaimana rumah itu dibangun. Setiap pembangun yang baik pasti akan membuat hitungan kekokohan sebuah bangunan rumah. Jadi jangan menyalahkan hujan, banjir dan angin ketika sebuah rumah roboh, karena hujan, banjir dan angin adalah tantangan-tantangan yang semestinya sudah diantisipasi sebelumnya.
Demikian juga perkawinan dan hidup berkeluarga harus dibangun pada dasar yang kokoh yaitu praktek hidup rohani yang baik. Sangat membahagiakan melihat calon pengantin sejak dari persiapan perkawinan telah menyertakan Tuhan dan fokus para Tuhan. Mereka dengan inisiatif sendiri mempersiapkan perkawinan mereka dengan retret, konseling personal, pengakuan dosa, mendalami liturgi perkawinan dan belajar mendalami pengajaran iman Gereja mengenai perkawinan. Walaupun perkawinan dirayakan dengan sederhana tetapi setiap kata dan tindakan liturgi mempunyai bobot rasa yang mendalam. Jika sejak dari awal, Tuhan diundang menjadi tamu agung dalam perkawinan, maka Tuhan kehadiran Tuhan juga akan dirasakan dalam perjalanan hidup perkawinan mereka.
Memang, dalam perjalanan perkawinan berikutnya, tanpa kita undang, akan hadir hujan, banjir dan angin yang melanda relasi dan hidup perkawinan -keluarga. Tetapi pondasi iman yang kokoh, habitus iman yang dipraktekkan sejak perkawinan, akan sangat membantu pasangan suami isteri dan keluarga berjalan di tengah badai dan pencobaan.
Jangan salahkan perkawinan ketika dalam perjalanan muncul angin, hujan dan badai seakan-akan lembaga perkawinan yang tidak benar; tetapi lihatlah diri sendiri dan bertanyalah apakah aku telah meletakkan Tuhan sebagai yang utama dan pertama dalam hidup perkawinan dan keluargaku.
Kontemplasi
Gambarkan bagaimana kekuatan rumah yang digambarkan Tuhan ketika berhadapan dengan hujan, banjir dan angin.
Refleksi
Apa hujan, banjir dan angin yang melanda rumah tanggaku? Apakah kebiasaan iman di keluargaku yang dapat menjadi pondasi yang kuat dalam menghadapi ancaman tersebut?
Doa
Ya Bapa, semoga sabdaMu yang kami renungkan dan kami praktekkan dalam hidup berkeluarga kami sehari-hari menjadi pondasi yang kokoh bagi hidup perkawinan dan keluargaku. Amin.
Perutusan
Sertakan dan jadikan Tuhan sebagai pondasi dari hidup perkawinan dan keluarga kita
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)