Lentera Keluarga – Rasa Unggul Diri

0
564 views

Kamis, 18 Januari 2018.

Bacaan: 1 Sam 18:6-9; 19:1-7; Mzm 56:2-3.9-10a.10b-11,12-13; Mrk 3:7-12.

Renungan

KEMENANGAN Daud atas Goliat dirasakan oleh Saul sebagai ancaman terutama ketika orang-orang mulai mengelu-elukan bahwa Daud lebih hebat dari Saul. Posisi Saul membawanya jatuh pada sikap superioritas, sikap unggul diri. Sikap inilah yang membuat Saul tidak mampu bersukacita bersama rakyatnya, tidak mengapresiasi kemenangan Daud dan menjadikan Daud sebagai ancaman bagi harga diri dan posisinya sebagai Raja Israel. Sikap superioritas Saul semakin parah ketika ia sudah berpikiran bahwa Daud akan mengkudeta dan menghianatinya, sehingga ia berniat untuk membunuh Daud.

Posisi dan kedudukan dapat membawa kita pada sikap superioritas. Tanda-tanda sikap superioritas ini dapat kita cermati dalam diri kita: sikap tidak senang melihat keberhasilan anak buah atau partner kita, semangat bersaing bahwa saya lebih baik dari orang lain, memprovokasi dengan perkataan-perkataan yang merendahkan, kecenderungan menggunakan kata “aku/saya” sebagai acuan bagi keberhasilan, mendaku keberhasilan tim sebagai keberhasilan diri, menyalahkan pemimpin masa lalu dlsb Jika kita jatuh dalam gejala-gejala seperti ini kita perlu waspada, roh superioritas Saul sudah mulai menyusup dalam kepemimpinan kita.

Tuhan mengundang kita untuk menjadi pemimpin yang berhati hamba, bukan sebagai sebuah niat tetapi sebagai sebuah sikap konkrit yang terwujud dalam perkataan, tetapi dalam perkataan, pikiran dan pola perilaku. Keberhasilan orang lain adalah keberhasilan kita. Kemenangan orang lain juga adalah kemenangan kita. Kita mengapresiasi setiap keberhasilan dan memberikan tempat yang tepat bagi orang-orang yang mampu dengan memberinya posisi-posisi strategis.

Sikap rendah hati juga perlu kita kembangkan dalam keluarga kita, terutama dalam relasi kita sebagai  suami isteri, atau sikap antara anak-anak kita. Suami isteri dapat masuk dalam sikap bersaing, yang paling sering adalah dalam hal ekonomi, yang bermuara pada sikap merendahkan dan mengkritik. Demikian juga anak-anak kita dapat masuk dalam persaingan tidak sehat, terutama di dalam prestasi sekolah. Mentalitas bersaing tidak sehat dan superioritas ini perlu kita antisipasi dalam hidup keluarga kita.

Kontemplasi

Gambarkan bagaimana Saul jatuh dalam sikap unggul diri.

Refleksi

Bagaimana sikapku untuk menjauhkan diri dari sikap unggul diri dan mengenakan sikap kerendahan hati?

Doa

Ya Bapa, jauhkan daripadaku sikap unggul diri dan ajar aku terus untuk menjadikan diriku sebagai pribadi yang rendah hati. Amin.

Perutusan

Apresiasi keberhasilan orang lain, terutama anggota keluarga dan komunitas anda.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here