Bacaan: Rut 2:1-3.8-11;4:13-17; Mzm 128:1-5; Mat 23:1-12.
Renungan
Kebaikan Ruth kepada Naomi ternyata membuatkan kebaikan bagi dirinya sendiri. Iapun mendapatkan belaskasihan dari Boas secara luar biasa, walaupun ia adalah orang asing di negeri Israel. Sampai pada akhirnya iapun dipilih Boas menjadi isterinya dan kelak cucunya akan menjadi seorang raja besar yaitu Daud. Kerena kebaikan Ruth itu, para wanita berkata kepada Naomi : “dia lebih berharga bagimu daripada tujuh anak laki-laki”.
Kebaikan dan kesetiaan yang sedikit kita berikan kepada orang lain pada masa lalu, kadang berbuah begitu rupa di luar dugaan kita pada masa sekarang. Perbuatan kecil yang biasa seperti memberi makan, menampung orang yang tidak mampu, memberikan bantuan sekolah, dll yang mungkin menurut kita biasa dan sudah kita lupakan, di kemudian hari dapat berbalik kepada kita sendiri bahkan dengan cara yang tak terduga. Itu terjadi karena orang mempunyai kenangan akan kita.
Dalam hubungan keluarga, bantuan-bantuan kecil yang kita lakukan kepada pasangan kita – anggota keluarga kita seperti menemani pada waktu sakit, mengantar belanja, mendoakan, mengajari anak belajar, menemani anak bermain sepak bola, dll dapat mempunyai dampak besar bagi pribadi yang bersangkutan, bahkan menjadi kenangan bahwa mereka merasa berharga. Pada suatu saat, ketika anak-anak kita sudah dewasa, iapun dapat berkata kepada orang lain “saya bangga dan kagum dengan orang tua saya”. Di masa tua kita, kita tidak akan kehilangan anak-anak, tetapi justru sebaliknya, kita justru mendapatkan kasih dari mereka secara luar biasa.
Kontemplasi
Gambarkan bagaimana kebaikan Ruth dibalas oleh Allah dengan cara yang luar baisa.
Refleksi
Apakah aku belajar setia dan tekun dalam melakukan kebaikan kepada orang-orang lain?
Doa
Ya Bapa, terima kasih atas anugerah yang tak teduga yang boleh aku terima dalam hidupku karena aku melakukan kebaikan yang kecil bagi sesamaku. Amin.
Perutusan
Aku tekun melakukan kebaikan dalam hal-hal sederhana kepada anggota keluargaku.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
Pada bulan Mei 2017 sy menghadiri doa arwah seorang ibu (77 th) beliau meninggalkan tiga orang putra salah satunya pejabat di BUMN Jakarta. Setelah doa usai putra sulungnya bersama istrinya menyapa saya dan mengatakan “kalau ibunya sering bercerita bahwa sy dulu yang ngopeni ayahnya”
Suatu cerita yang tidak pernah sy sangka” padahal itu terjadi pada tahun antara 2006 s.d 2008, dan yang sy kerjakan adalah sesuatu yang sederhana hanya menemani berbicara, mendengarkan beliau berbicara/ bercerita, menemani beliau berobat mencari kesembuhan di rumah retret, dan terlebih menemani beliau pada waktu ajal mejemputnya. terima kasih
matur nuwun pak