Tahun C-1. Pekan Biasa XXI.
Jumat, 30 Agustus 2019
Bacaan: 1 Tes 4:1-8; Mzm 97:1-2b.5-6.10-12; Mat 25:1-13.
Renungan:
KEPADA jemaat di Tesalonika, Paulus menasihati : “hendaklah kalian melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi”. Lebih sungguh-sungguh untuk menjauhi percabulan, setia pada pasangan, mengasihi saudara. Kesungguhan yang dimaksudkan Paulus adalah “dipersiapkan dengan baik, dlakukan dengan sepenuh hati, usaha maksimal, dan tekun”. Kesungguhan dan ketekunan itu nampak dalam sikap 5 gadis bijaksana: membawa pelita dan minyak; sementara ketidaksungguhan itu nampak dalam sikap 5 gadis bodoh yang hanya membawa pelita tanpa membawa minyak. Mereka tidak menyiapkan diri dengan baik; mungkin menganggap diri “cukup” atau “memandang mudah”. Kurangnya persiapan inilah yang membuat 5 gadis bodoh ini tidak dapat ikut dalam perjamuan pesta.
Ada orang yang dengan mudah mengatakan “Hidup itu dibuat mudah saja, dinikmati. Tidak usah menyusahkan diri; setiap orang sudah punya garisnya masing-masing; nanti urusan belakang”. Kata-kata ini sering dikatakan kepada mereka yang serius dan sungguh-sungguh bekerja atau belajar, memanfaatkan waktu untuk hoby yang bermanfaat, dan tekun serta berprestasi. Dari keduanya, kita dapat belajar bahwa kesungguhan itu tidak sama dengan serius dan sungguh-sungguh “tanpa senyum” tetapi juga ada rileks -gembira-sukacita.
Hidup panggilan imamat/religius ataupun perkawinan jika kita siapkan dengan serius dan sungguh-sungguh akan sangat membawa manfaat bagi hidup kita di kemudian hari. Banyak pengetahuan, kebijakan dan latihan yang dulu kita latih itu bermanfaat bagi kebahagiaan hidup dan perutusan/pekerjaan yang kita lakukan sekarang. Ketidakbahagiaan dan kesulitan yang kita alami sekarang biasanya berawal karena kita tidak mempersiapkan sejak dari awal. Satu frase penting yaitu “investasi” hidup.
Hiduplah secara maximalis dan tekun; jangan minimalis dan sekenanya. Prinsip yang sama juga kita dapat praktekkan dalam studi dan pekerjaan kita. Semakin sungguh-sungguh kita mempersiapkan diri secara benar dari awal, menekuninya, teliti, dan menangani setiap persoalan yang muncul dengan tanggap maka studi dan pekerjaan kita akan berkembang.
Kontemplasi:
Gambarkan bagaimana kesungguhan dan ketekunan yang dihayati dan dipraktekkan oleh 5 gadis bijaksana.
Refleksi:
Apakah aku hidup secara maximalis dan tekun ataukan aku masing menyia-nyiakan waktu dan kesempatan serta bersikap minimalis?
Doa:
Ya Bapa, Engkau menghendaki kami supaya bersungguh-sungguh dan tekun dalam pengharapan. Amin.
Perutusan:
Hiduplah dan lakukanlah tanggungjawab anda dengan kesungguhan dan ketekunan. Jadilah orang maximal.
(Morist MSF)
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)