Lentera Keluarga – Tanggungjawab Gembala

2
436 views

Tahun C-1. Minggu Biasa VI. Pesta Tahta S. Petrus, Rasul.
Jumat, 22 Februari 2019.
Bacaan: 1 Ptr 5:1-4; Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6; Mat 16:13-19.

Renungan:

ADA tiga nasihat yang diberikan oleh Petrus kepada para penatua dan saksi penderitaan Kristus yang menjadi gembala bagi umat yaitu menggembalakan kawanan dengan sukarela vs terpaksa, dengan pengabdian vs mencari keuntungan dan dengan menjadi teladan vs memerintah. Dan berkat yang diterima gembala sangatlah mulia: “menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu”.

Menjadi pemimpin komunitas atau persekutuan umat dalam gereja pertama adalah sebuah panggilan yang harus kita laksanakan dengan kesungguhan bahkan profesional, walaupun tidak ada ikatan dan kontrak antara kita dengan jemaat. Ketiga keutamaan yang digarisbawahi oleh Petrus itu penting bagi kita.

Pertama adalah kerelaan vs keterpaksaan.  Melayani komunitas dan gereja harus merelakan waktu, tenaga, pikiran dan dana. Rela pula untuk merendahkan diri demi kebaikan orang yang kita layani. Rela untuk dikritik meskipun kita sudah berkorban banyak dan berusaha maksimal dengan keterbatasan kita. Rela untuk direpotkan umat yang tidak paham bahwa kita sendiri juga baru repot. Kerelaan itu membawa pada sukacita dan kegembiraan.

Kedua adalah pengabdian vs mencari keuntungan. Yang kita abdi adalah Tuhan dan Gereja. Tidak cocok, perbedaan pandangan ataupun konflik, jangan pernah membuat kita lari dari pelayanan. Kita harus turut berrproses demi kebaikan gereja, karena yang kita mencintai Gereja dan kita bertanggungjawab terhadap Tuhan. Pelayanan kita juga harus kita pisahkan baik-baik dengan pekerjaan dan karier kita. Kegiatan Gereja bukan proyek dimana kita dapat masuk di dalamnya untuk promo ataupun mencari keuntungan. Berikanlah kepada gereja dan jangan tarik gereja seakan-akan owner kaya yang dapat diproyekkan; Mentalitas “menghabiskan jatah dana” bukan mentalitas seorang gembala walaupun kita sudah bekerja keras untuk jemaat.

Ketiga adalah keteladan vs memerintah. Seorang pemimpin komunitas religius atau komunitas gerejani adalah “manusia rohani” dan “manusia bagi persaudaraan” bukan hanya seorang penegak hidup berkomunitas dan pengatur oragnisasi atau karya kerasulan. Keteladanan hidup iman dan moral pribadi serta keluarga mempunyai nilai utama, walaupun harus kita sadari bahwa hidup kita tidaklah sempurna. Pengajaran yang tidak ditopang dengan cara hidup, tidak akan didengarkan. Keteladanan membuat kita juga ikut berkotor dan berpeluh dengan jemaat yang kita layani.

Ketiga hal ini juga penting bagi kita religius yang melayani lembaga dan imam yang menjadi pemimpin jemaat di paroki. Mari kita berikan kepada umat dan Tuhan yang mempercayakan kepada kita sebuah pelayanan yang integral dan sungguh-sungguh. Gereja bukan milik kita; kita dititipi oleh Tuhan dan kelak juga mempertanggungjawabkan pelayanan ini kepadaNya.

Kontemplasi

Rasakanlah gema nasihat Petrus kepada penatua dan para gembala jemaat.

Refleksi:

Bagaimana aku melaksakan tugas penggembalaanku sebagai imam, religius, ataupun pemimpin jemaat? Apakah ketiga semangat rohani yang disampaikan oleh S Petrus sudah semakin kuwujudikan?

Doa:

Ya Bapa, aku mau melayani dengan lebih sungguh, totalitas dan penuh cinta sebagaimana PuteraMu juga telah melayani.

Perutusan:

Gembalakanlah kawanan domba Allah dengan kerelaan, pengabdian dan keteladanan

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here