Tahun A-2. Minggu Prapaskah V
Sabtu, 4 April 2020
Bacaan: Yeh 37:21-28; Yer 31:10.11-12ab.13; Yoh 11:45-56
Renungan:
ATAS laporan orang-orang farisi dan imam-imam kepala yang negatif tentang Yesus, Mahkamah Agama, Sanhedrin, mengadakan sidang intern untuk membahas tindakan Yesus, yang tidak hanya berbahaya bagi kredibilitas lemaga agama Yahudi tetapi juga mempunyai konsekwensi politis,karena akan mengubah relasi agama dengan Penguasa Romawi. Maka Kayafas, Imam Besar, mempertimbangkan untuk mengorbankan satu orang, maka dengan demikian kedua-duanya selamat. Kayafas berpikir strategi politis dengan skenario “resiko keamanan”. Padahal skenario itu tidak pernah ada sama sekali dalam hidup, perkataan dan perbuatan Tuhan Yesus. Skenario politik itu diciptakan atas perbuatan orang lain yang baik dan tanpa pamrih. Skenario itu bisa digoreng, dengan tujuan untuk menyalahkan dan menihilkan perbuatan baik dan benar seseorang.
Lepas dari cara berpikir politik, Tuhan Yesus tentunya menyadari resiko-resiko yang lebih besar dari pewartaanNya. Apakah pewartaan Kerajaan Allah berhenti pada tantangan tersebut? Injil hari ini ditutup dengan sebuah pertanyaan refleksi: ”Bagaimanakah pendapatmu? Akan datang jugakah Ia ke pesta?”
Perjuangan Tuhan ini juga diikuti oleh banyak orang yang dengan satu niat utama yaitu berbuat baik bagi sesama, namun mendapat tantangan karena gorengan politik. Pewartaan Kerajaan Allah tidak pernah tidak tanpa resiko. Pertanyaan terakhir Injil hari ini menjadi pertanyaan bagi kita: apakah kita lajut atau berhenti?
Kontemplasi:
Gambarkanlah bagaimana pewartaan Tuhan Yesus disikapi di digoreng dalam nuansa politik agama dan kekuasaan oleh Sanhedrin.
Refleksi:
Ketika pewartaan Kerajaan Allah mengalami tantangan, apakah kita akan menjauh dari resiko dan berhenti?
Doa:
Ya Bapa, semoga pewartaaan KerajaanMu selalu bergema dimanapun dan tidak berhenti karena tantangan-tantangan yang ada.
Perutusan:
Teguh dan kokohlah dalam mewartakan Kerajaan Allah.
(Morist-MSF)
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)