Sabtu, 30 Desember 2017.
Bacaan: 1Yoh 2:12-17; Mzm 96:7-8a.8b-9.10; Luk 2:36-40
Renungan
SETELAH menyelesaikan kewajiban yang dituntut oleh Hukum Tuhan, Keluarga Kudus kembali ke Nazareth. Yesus hidup dalam asuhan Maria dan Yusuf. Lukas merangkum proses pendidikan balita dan remaja Yesus dalam sebuah frase pendek dan kaya makna: “ Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.” Kata-kata ini akan muncul lagi di dalam injil Lukas setelah Yesus ditemukan di Bait Allah pada usia 12 tahun.
Merenungkan hal ini, Paus Paulus VI mengungkapkan bahwa Keluarga Kudus adalah tempat pembinaan dasar hidup Yesus secara manusiawi maupun ilahi. Di dalamnya diajarkan nilai: keheningan, hidup keluarga, dan bekerja.
Keluarga kudus adalah teladan dan model dari keluarga kita. Keluarga kita hendaknya menjadi tempat dimana kita secara pribadi dan bersama-sama bertumbuh dalam keheningan (relasi akrab dengan Tuhan), hidup keluarga (kebersamaan dalam cinta kasih) dan kerja (semua mengambil bagian untuk mensupport hidup keluarga). Keluarga adalah sekolah yang tak tergantikan bagi setiap anggota untuk mengenal Allah dan memahami panggilanNya.
Kontemplasi
Gambarkan bagaimana Yusuf dan Maria mendidik Yesus pada masa balita dan kanak-kanak.
Refleksi
Apakah visi dari hidup keluargaku? Dan bagaimana visi itu kuperjuangkan bersama dengan seluruh anggota keluargaku?
Doa
Ya Bapa, ajarilah kami supaya keluarga kami menjadi sekolah keheningan, hidup berkeluarga dan kerja. Amin.
Perutusan
Buatkah visi rohani keluarga anda.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)