Lepas Pekerjaan demi Bakti pada Ibunya yang Sakit

0
660 views
Ilustrasi - sakit by ist

Senin, 5 Juli 2021

Kej.28:10-22a.
Mat. 9:18-26.

SETIA dan tulus hati. Merawat orang sakit sehari dua hari itu lebih mudah daripada orang yang perlu perawatan dalam jangka waktu lama.

Kepekaan dan perasaan yang sensitif sering ditunjukkan oleh saudara kita yang sakit. Maka kehadiran dengan wajah yang tulus dan penuh perhatian sangat diharapkan.

Seorang perempuan muda yang sudah berkeluarga sampai bercerita bagaimana dia sampai memutuskan berhenti bekerja untuk merawat ibu kandungnya yang sakit.

“Saya memutuskan untuk konsentrasi dengan kondisi ibu, setelah saya berembug dengan suami. Ia mendukung niatku,” katanya.

“Setelah tidak ada saudara yang bisa merawat ibu dengan berbagai alasan, baik itu karena pekerjaan atau pun karena jarak yang jauh,” tuturnya.

“Kami sepakat membayar perawat, tetapi pada kenyataannya ibu sungguh menrindukan kami. Ibu selalu mengaharapkan kehadiran kami, anak-anaknya,” lanjutnya.

“Sauadara-saudaraku tidak ada yang memintaku keluar dari pekerjaan demi ibu. Pilihan ini murni kemauan kami sekeluarga,” katanya.

“Saya dan suami serta anak-anakku tidak ingin menyesal, ketika ibu tidak ada lagi. Karena saya belum bisa mencintai dengan penuh dan membahagiakannya,” tuturnya.

“Saat merawat ibu seakan menjadi kesempatan kami sekeluarga mengungkapkan bakti kami pada ibu,” tambahnya.

“Tiga tahu lamanya kami diberi kesempatan untuk bersama ibu, mencintai ibu dengan melayaninya, merawatnya hingga ibu dipanggil Tuhan,” lanjutnya.

“Rasanya hati ini penuh dengan kasih ibu karena dibantu untuk iklas dan tulus merawatnya. Waktu yang tidak mudah, namun penuh berkat dan sangat membahagiakan bagi kami sekeluarga,” katanya.

“Ketika ibu dipanggil Tuhan, saudara-saudaraku menangis penuh sesal. Karena tidak punya kesempatan seperti yang kami alami,” kenangnya.

“Kami bersyukur karena kami diberi kesempatan untuk menemani ibu sebelum menghadap Tuhan. Ibu bisa dengan hati yang legawa, dan penuh pasrah menyambut undangan Tuhan dalam pesta di surga,” katanya penuh syukur.

Hidup ini penuh misteri. Setiap orang ingin punya waktu yang baik sebelum meninggal dunia.

Saat akhir yang berat itu harus dijalani sendiri. Sebagai manusia yang lemah kehadiran orang-orang yang dicintai akan sangat membantu dalam menyongsong kematian.

Apakah aku bisa menjadi orang yang sabar dan iklas bagi orang yang sakit?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here