Letih Lesu dan Berbeban Berat

0
1,027 views
Ilustrasi -- Sedih karena teman meninggal. (Ist)

Puncta 15.07.21
PW. St. Bonaventura, Uskup dan Pujangga Gereja
Matius 11: 28-30

DALAM dua pekan ini berita duka muncul silih berganti. Dua orang sahabat eks Mertoyudan secara beriringan menghadap Tuhan. Belum kering rasanya airmata mengalir, muncul berita duka lewat Whatsapp dua orang saudara sepupu juga dipanggil Tuhan.

“Doakan kami ya Om. Semoga kami kuat menghadapi cobaan Tuhan ini,” suara saudara di ujung telpon sana.

Saya bisa merasakan beban berat yang mereka hadapi. Seorang isteri dengan anak masih kecil ditinggal oleh orang yang dicintai. Sementara di tempat lain, seorang anak harus kehilangan kedua orangtuanya dalam waktu kurang dari satu pekan.

Di layar WA silih berganti muncul berita kematian. “Romo, ada berita duka, kakak saya yang di Pontianak, yang sering kita singgah minum kopi, telah dipanggil Tuhan tadi pagi,” tulis Pak Herman di pesan WA.

Lalu disusul lagi berita Romo Suherman dari Jakarta menghadap Tuhan.

Di tengah hiruk pikuk kesedihan ada saja yang tega membuat berita bohong dan membingungkan kalau Romo Mudjisutrisno SJ meninggal.

Semoga Tuhan mengampuni mereka yang tega menari di atas duka sesama.

Tidak hanya kehilangan saudara, tetapi juga ada yang kehilangan pekerjaan, kena PHK, tidak punya pekerjaan, usaha gagal.

Sementara harus menghidupi anak isteri, biaya sekolah anak-anak dan beban masa depan yang suram.

Pandemi ini membuat banyak orang harus memikul beban yang berat. Mata menangis tidak pernah habis, jiwa letih menahan derita yang perih dan badan lesu merasakan luka yang membiru.

Dalam situasi derita manusia seperti itu, Sabda Yesus menghibur kita, “Datanglah kepada-Ku, kalian semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku. Sebab Aku ini lemah lembut dan rendah hati. Maka kamu akan mendapat ketenangan.”

Seorang bapak mensharingkan doanya kepada saya, “Romo setiap kali berdoa, saya selalu mengakhiri dengan berkata; ‘Yesus, Engkaulah andalanku. Dalam menghadapi situasi berat sekarang ini, hanya Yesus yang menjadi andalan kami. Tuhan mau berbuat apa terserah. Yang penting saya mengandalkan Dia. Lega rasanya hati saya.”

Apakah kita sudah datang kepada Dia, menyerahkan segala beban dan derita?

Dan menyerahkan segala perkara kepada hati Tuhan yang lemah lembut dan penuh cinta?

Mari kita datang mengandalkan Dia yang telah memanggul salib hidup kita.

Burung bangau terbang bersama belibis.
Berarak bersama-sama di saat senja.
Cinta kasih Yesus tak pernah habis.
Yesus adalah andalan di segala perkara.

Cawas, Engkaulah andalanku….

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here