Bacaan 1: Gal 2:1-2. 7-14
Injil: Luk 11:1-4
Sebuah ungkapan yang cukup popular di masyarakat, “mudah saja mengatakan (menjanjikan) sesuatu, yang berat adalah melaksanakannya.”
Berkata memang mudah namun melaksanakan apa yang dikatakan itu terkadang sulit. Dengan kata lain, antara kata dan tindakannya tidak selaras.
Terkadang seseorang berbicara lancar saat memotivasi orang lain namun sejatinya dia sendiri sulit melaksanakannya, bagaikan adagium “jauh panggang dari api.”
Paulus sempat mengecam dan marah kepada Petrus, karena perilakunya dianggap munafik. Petrus sendiri (dan juga para rasul inti), telah setuju dispensasi pelaksanaan Taurat kepada Kristen non Yahudi. Bagi Kristen non Yahudi cukup melaksanakan empat butir hasil Konsili Yerusalem.
Namun nyatanya, saat dalam perjamuan makan di Antiokhia Syria, Petrus tak mampu menahan tekanan kelompok Yakobus. Petrus memilih mundur dari meja makan termasuk Barnabas sahabat sejati Paulus.
Petrus sadar, sebagai Yahudi ia tidak boleh masuk rumah (apalagi makan semeja) orang non Yahudi.
Hal ini membuat Paulus mengkritik keras perilaku Petrus dan orang-orang Kristen Yahudi lainnya.
Petrus seperti terkena “dua sisi pisau tajam”,
- Sebagai Yahudi ia inkonsisten dalam melaksanakan Taurat (tidak boleh makan semeja dengan non Yahudi).
- Sebagai pendeklarasi hasil Konsili Yerusalem, ia pun inkonsisten karena tidak bisa melaksanakannya.
Dalam sebuah jamuan makan di kalangan non Yahudi pastinya ada makanan-makanan haram. Disinilah salah satunya, Petrus dikatakan munafik oleh Paulus.
Dalam pengajaran “Doa Bapa Kami” kepada para murid, ada sebuah kalimat sederhana namun menuntut komitmen tinggi yang sulit dilaksanakan.
“dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.”
Pengampunan, mungkin kata yang sederhana dan mudah diucapkan. Namun benarkah saya sanggup melakukannya? Bisakah saya mengampuni orang yang menghina atau menganiayaku?
Pesan hari ini
Apakah saya termasuk pribadi yang mampu menyelaraskan kata dan tindakan? atau pribadi yang “jauh panggang dari api” alias inkonsisten?
Lidah memang tak bertulang.
“Menjaga komitmen adalah keberanian yang tidak bisa dimiliki sembarang orang.”