![Lilin Menyala di Gereja Paroki Jember, Jatim](https://www.sesawi.net/wp-content/uploads/2025/02/Lilin-Menyala-di-Gereja-Paroki-Jember-Jatim.jpg)
TIGA pekan lalu, Pastor Gereja St. Yusup Paroki Jember di Jatim yakni Romo T. Catur Wibawa Pr memberi katekese pengajaran tentang tradisi untuk ambil bagian mempersembah Yesus, Sang Terang, ke Bait Allah.
Lilin-lilin yang menyala melambangkan Terang. Sebelum memimpin perayaan ekaristi, maka lilin-lilin yang dibawa umat terlebih dahulu diberkati. Sumbunya mulai dinyalakan dan kemudian umat mengikuti perarakan saat imam dan misdinar mulai masuk gereja.
Lilin dibiarkan tetap menyala hingga pembacaan Injil.
Lilin-lilin itu disiapkan oleh umat sendiri atau sebelumnya bisa membelinya di paroki. Setelah selesai misa, maka lilin-lilin itu masih bisa dipakai untuk doa keluarga, ibadat lingkungan, ibadat pemberian viaticum dan lainnya di rumah dll.
Sifatnya fakultatif
Kebiasaan ini rupanya bersifat fakultatif. Boleh dipakai, tapi juga boleh tidak. Pemberkatan yang fakultatif itu dilakukan sebelum ekaristi dimulai. Contoh prakti lain yang sifatnya juga fakultatis adalah pelepasan burung merpati dalam misa peringatan 1.000 hari orang meninggal dalam tradisi budaya Jawa.
Di Gereja Santa Maria Tak Bernoda Paroki Tanggul -tidak jauh dari Jember, hal itu sudah menjadi praktik tradisi. Beberapa kali digelar selama 28 tahun menjadi paroki.