BACAAN disarikan dari buku Testamen Pater Petrus Kanisius bagian kelima. Dalam bagian lima testamen ini, aku mau menceriterakan tentang perjalananku. Aku kembali dari Mainz ke Cologne dan menerima tahbisan imamat dari seorang uskup Katolik.
Misa perdana aku persembahkan di Biara Nazareth Susteran Agustinian. Di masa itu, Uskup Keuskupan Cologne Mgr. Hermann von Wied diketahui telah menjadi pendukung ajaran Luther. Ia berupaya agar di wilayahnya, agama lama dihancurkan.
Menghadapi Lutheranisme
Hal ini menimbulkan kegoncangan di kalangan imam Keuskupan Cologne. Uskup lalu mengirim utusan ke LüZch untuk menjauhkan para imam di sana dari bujukan ajaran sesat. Pada tahun 1557 atas perintah kaisar dan bersama Pater Goudanus, aku menghadiri dialog Katolik dan Protestan di Worms.
Tugasku adalah menghadapi Philipp Melanchthon. Karena dari Katolik ada kesepakatan pandangan, pecah perdebatan di kalangan Lutheran, maka dialog di Worms bubar.
Dari Austria aku ke Bohemia mendirikan Kolese Klemens di Praha. Sementara itu, aku juga berkhotbah di katedral di hadapan Kaisar Ferdinand I. Kemudian aku menuju ke Roma untuk pemilihan Jenderal baru.
Di masa kepausan Paulus VI, Pater Ignatius meninggal dunia. Seorang uskup Italia Mgr. Camillo Mentuati -waktu itu menjabat duta besar Vatikan untuk Polandia- memintaku untuk menemaninya. Di sana aku menyampaikan ceramah dalam bahasa Latin pada para imam di Krakow, Polandia.
Kemudian aku kembali dari Polandia ke Jerman dan bertemu dengan dewan kekaisaran di Augsburg. Pengkhotbah utama di Augsburg yang aku bimbing meraih gelar doktor teologi di Ingolstadt, meninggal dunia. Kardinal O`o Truchseß memintaku menggantikannya.
Aku taat, sebab Pater Jenderal Diego Laiñez memberi perintah untuk itu. Selama beberapa tahun, aku di Augsburg. Namun aku kembali menjalani perjalanan jauh ke Bayern, Schwaben, Rätien, Austria, Bohemia, Franken. Akhirnya Paus Pius IV ke Wesjalen lalu ke Gelderland memberi peneguhan kembali tentang agama Katolik.
Perjalanan tersebut sangatlah berat, apalagi aku ditemani hanya oleh seorang Yesuit. Karenanya buah kebaikan yang diperoleh dengannya, harus aku kembalikan pada rahmat penyertaan Yang Mahakuasa.
Karena itu aku mengakui di hadapan Allah dan sesama bahwa semua keberhasilanku bukanlah jasaku.
Namun semua itu berasal dari korban doa orang-orang benar dan permohonan Serikat kita. Dalam setiap upaya aku mensyukuri curahan rahmat Allah. (Berlanjut)
Baca juga: Kisah Santo Petrus Kanisius: Literasi di Sekolah Yayasan Kanisius (5)