Live In dan Airmata Kesedihan Tuhan

0
424 views
Ilustrasi.

Kamis, 18 November 2021

  • 1Mak. 2:15-29.
  • Mzm. 50:1-2.5-6.14-15
  • Luk.19:41-44

SETIAP orang memiliki misi dalam hidupnya. Kadangkala, misi itu tidak selamanya misi yang indah dan membahagiakan.

Kerap kali justru kita harus menjalani suatu tugas yang berat, tidak enak, dan menyakitkan.

Namun banyak orang kadangkala memilih tugas yang enak-enak saja; masih dengan catatan, jika itu masih memungkinkan.

“Beberapa waktu lalu paroki kami kedatangan anak-anak dari kota besar untuk live in di tengah umat,” kata seorang teman.

“Banyak dari antara mereka yang awalnya kelihatan cemas, risih, dan kelihatan kurang nyaman. Itu karena memang kondisi rumah umat sangat sederhana, meski telah diusahakan bersih dan rapi,” katanya.

“Bahkan mereka harus tidur di kamar dekat kandang sapi dengan aroma yang khas itu,” lanjutnya.

“Selama live in, mereka ikut aktivitas sehari-hari keluarga yang mereka ikuti. Mereka pergi ke sawah, ikut mencari rumput untuk memberi makan sapi, dan mencari kayu bakar untuk memasak,” ujarnya.

“Mereka makan dan minum seadanya seperti yang dimakan dan diminum oleh keluarga yang mereka ikuti,” ujarnya.

“Kebersamaan itu indah, meski sangat berat awalnya bagi mereka,” ujarnya.

“Namun setelah mengalami berbagai kesulitan mereka menemukan sukacita yang tak terkira,” ujarnya lagi.

“Setelah beberapa hari, barulah mereka menikmati kebersaman dengan keluarga dan semua aktivitasnya. Bahkan setelah waktu live in selesai, mereka sangat berat untuk meninggalkan keluarga yang mereka ikuti,” katanya

“Mereka merasakan kedamaian dan sukacita dalam kesederhanaan hidup,” katanya lagi

“Mereka merasa menemukan nilai keutamaan hidup dalam kesederhanaan,” sambungnya.

“Dari live in ini, anak-anak belajar berani mengenali harapan hidupnya di tengah-tengah kenyataan hidup yang jauh berbeda dengan keseharian hidup mereka,” ujarnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya kata-Nya: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.”

Yesus menangisi Kota Allah itu karena manusia di dalamnya tidak menyadari apa sesungguhnya yang mereka perlukan untuk kebaikan mereka.

Situasi inilah yang nantinya akan membuat kota Yerusalem hancur, karena tidak mengenal Allah yang ingin melawat umat-Nya.

Tuhan telah melawat mereka. Tetapi mereka tidak tahu, dan tidak mau tahu sehingga ketika kebinasaan itu datang, mereka pun tergilas habis.

Kita sebagai pengikut Kristus pada zaman ini ditantang untuk mau mengurangi airmata Tuhan Yesus; bukannya menambah airmata Tuhan Yesus.

Dosa-dosa yang kita lakukan tentu akan menambah air mata Tuhan. 

Bagaimana dengan diriku?

Apakah sikap dan tindakanku selama ini justru menjadi sumber airmata Tuhan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here