LEMBAGA Pembinaan dan Pengembangan Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik Daerah (LP3KD) Provinsi Papua Barat selama dua hari telah menyelenggarakan kegiatan pelatihan. Ini untuk Petugas Musik Liturgi, Dirigen, Solis Pemazmur, Pelatih Paduan Suara dan Organis.
Program pelatihan ini telah melibatkan aktivis-aktivis musik liturgi se Tim Pastoral Wilayah (TPW) Manokwari Keuskupan Manokwari–Sorong.
Kegiatan pelatihan dan pembinaan pertama kalinya ini berlangsung di ballroom Hotel Oriestom Bay Taman Ria, Jumat-Sabtu, 14-15 Mei 2021. Mengambil tema “Menjadikan Musik Liturgi yang Berdaya Pikat”.
Peserta pelatihan
Selaku Ketua Panitia sekaligus Koordinator Bidang Pelatihan dan Pengembangan LP3KD Provinsi Papua Barat, Moses Naraha menyampaikan demikian.
Jumlah peserta pelatihan musik liturgi perdana ini sebanyak 100 orang. Mereka berasal dari:
- Paroki St. Agustinus Brawijaya;
- Paroki St.Thomas Aquinas Amban;
- Paroki Imanuel Sanggeng;
- Paroki Sang Gembala Baik Masni SP8;
- Stasi Bunda Maria Sowi;
- Stasi Mikael Arfai;
- Stasi Salvator Maripi;
- Stasi Auxilius Ransiki;
Program pelatihan ini telah melibatkan 20 orang tim pendukung kerja yang membantu terlaksananya kegiatan ini.
Musik gerejani
Sasaran kegiatan pelatihan ini sangat jelas. Bagi semua petugas liturgi dan lebih khusus yang berhubungan dengan musik gereja; dengan tujuan bisa meningkatkan kualitas para petugas liturgi.
Ke depan diharapan dan diupayakan agar bagi seluruh peserta pelatihan selanjutnya akan menjadi lebih semakin proaktif. Juga sangat diharapkan para pemasmur, dirigen, organis, pelatih koor atau paduan suara yang diikutsertakan ini dapat membantu melatih umat-umat yang lainnya di paroki-stasi masing-masing.
Dengan harapan agar kalau beribadat, umat Katolik akan merasakan suasana perayaan ekaristi yang lebih hidup dan membawa berkat bagi orang lain.
Harapan ke depan
Dalam sambutannya, Ketua Umum LP3KD Provinsi Papua Barat, Dr. Roberth KR Hammar, SH. MH, MM mengatakan berikut ini.
Kegiatan ini merupakan awal dari lembaganya dengan turut serta menghadirkan negara dalam pembinaan iman umat.
Ini bukan mau mengambil alih tugas seksi liturgi di paroki-paroki.
Pembinaan yang melibatkan para aktivis musik liturgi ini juga akan dilanjutkan pada tingkat yang lebih luas pada November depan dengan menghadirkan nara sumber tingkat nasional dan peserta dari seluruh kabupaten-kota se Provinsi Papua Barat.
Sekaligus berbarengan dengan kegiatan bidang lainnya seperti lomba cipta lagu liturgi dan etnik. Jika masih memungkinkan, maka program pelatihan nantinya juga akan dilaksanakan diSorong, Fakfak, atau Kaimana.
Pelatihan koor, organis, dan pemazmur ini sebenarnya sangat singkat, karena hanya berlangsung dua hari.
Meski demikian, diharapkan pelatihan ini benar-benar dapat bermanfaat bagi semua peserta. Lalu juga bisa menyerap ilmu yang sudah didapatkan itu bisa dikembangkan di luar Gereja dan berguna bagi masyarakat.
Menurutnya yang penting adalah bagaimana para peserta ini bagaimana memiliki dasar-dasar liturgis yang kuat. Selanjutnya, hal itu akan menjadi penggerak peningkatan kualitas liturgis.
Dalam pesan pada acara penutupan kegiatan pelatihan ini, Ketua LP3KD Propinsi Papua Barat menandaskan bahwa petugas dirigen, mazmur, dan organis yang bertugas dalam misa penutupan masih harus belajar banyak lagi.
Masih kurang banyak
Dengan pembinaan berkelanjutan, lantaran ilmu yang diberikan selama dua hari dirasa masih kurang.
Jika lagu liturgi sudah semakin baik, maka selanjutnya boleh dicoba membawakan lagu dengan tingkat kesulitan lebih tinggi.
Taruhlah itu lagu-lagu berbahasa Gregorian berbahasa Latin.
Untuk TPW Manokwari mungkin dirasakan mendapatkan porsi lebih banyak. INi karena pelatihan itu berlangsung di ibukota provinsi.
Namun ke depan akan dilanjutkan penyelenggaraan pelatihannya ke kabupaten-kabupaten lain.
Roberth Hammar juga berpesan bahwa para peserta untuk tetap solid dalam satu grup dan tetap terus berlatih dan berlatih.
Melestarikan kekayaan liturgi Gereja
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Papua Barat, Dr. Yan Kristianus Kadang, SE, MM membuka kegiatan pelatihan ini.
Ia mengingatkan bahwa musik dan nyanyian liturgi Gereja perlu dilestarikan dan dikembangkan dalam semangat inkulturatif sesuai kekayaan khasanah budaya setempat.
Berkaitan dengan kegiatan pelatihan ini, ia sangat mengapresiasi LP3KD Provinsi Papua Barat yang telah turut berperan membina para aktifis musik liturgi. Ia juga berharap agar kegiatan seperti ini dapat berlangsung secara berkesinambungan dan tidak berhenti pada saat ini saja.
Kegiatan awal LP3KD Provinsi Papua Barat se TPW Manokwari ini melibatkan para narasumber lokal yang berkompeten di bidangnya. Mereka sebelumnya telah mengikuti berbagai kursus, pelatihan musik liturgi di tingkat nasional.
Materi diberikan khususnya musik liturgi, teori-teori dasar musik, teknis mendireksi, teknis mengiringi nyanyian dengan organ, analisa vokal dan juga analisa teks lagu.
Anggaran
Pelatihan dua hari ini dianggarkan dananya sebanyak Rp 170 juta dari LP3KD Provinsi Papua Barat dan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Papua Barat.
Saat Perayaan Ekaristi penutupan, para peserta diberi kesempatan mempraktikkan apa yang telah mereka dapatkan.
Dengan secara bergantian bertugas untuk menjadi dirigen, pemazmur dan organis dengan secara langsung bergantian bertugas dalam setiap lagu yang digunakan.
Tanggapan
Secara umum para peserta memberikan tanggapan bahwa pelatihan ini sangat bagus, namun sayangnya hanya belangsung dua hari.
Para peserta berharap kegiatan pelatihan ini nantinya juga bisa diberikan kepada anak-anak. Sehingga akan menumbuhkembangkan bibit-bibit baru yang paham akan musik liturgi ke depannya.
Menanggapi harapan para peserta tersebut, Ketua Umum LP3KD Provinsi Papua Barat Robeth Hammar menyampaikan hal ini.
Waktu singkat ini memang tidak maksimal. Namun penyelenggaraan pelatihan ini harus menyesuaikan dengan hari libur yang ada. Juga perhitungan ketersediaan biaya.
Selanjutnya, tim kerja kegiatan ini akan melakukan evaluasi ke paroki-paroki dan stasi-stasi.
Untuk pembinaan anak-anak juga sementara sudah dilakukan.
Dengan pelatihan paduan suara Gregorian bagi remaja. Sebulan sekali dilibatkan dalam pelayanan ke paroki-paroki.
Dalam kesempatan ini pula diharapkan paroki-paroki memberikan izin kepada adik-adik yang ingin melayani koor sebagai implementasi ilmu yang didapati.
Narsum pelatihan
Para narasumber yang mendampingi para peserta pelatihan sebagi berikut:
- Kelas Dirigen dan Pelatih Paduan Suara adalah Redi Fatubun dan Agustinus Ohoiwirin;
- Kelas Pemazmur dan Vokal adalah Alexius Dance Tange dan Marthinus Pungkas;
- Kelas Organ adalah Gregorius Prasetyo.
Dan dalam pelatihan kali ini para narasumber menyampaikan apresiasi dan dorongannya kepada para peserta.
Menjadi pemusik yang dapat diandalkan merupakan hasil akumulasi usaha yang tidak singkat.
Ini membutuhkan sebuah kerja keras, ketekunan, konsistensi dari semua pihak, orangtua dan tentu saja peserta pelatihan.
Waktu yang singkat ini semoga dapat menjadi dasar dan pondasi yang benar bagi kemajuan musik liturgi kedepannya.
Ekaristi penutupan
Dalam homilinya pada Perayaan Ekaristi penutupan, Pastor Januarius Vanbes Pr sangat mengapresiasi lembaga LP3KD ini. Kepada para peserta, ia minta mereka meneladani Apolos.
“Jika Apolos dapat hebat dalam mewartakan lewat kotbahnya, maka peserta pelatihan ini harus meneladani Apolos yakni harus mampu mewartakan iman dengan kemampuannya lewat keterlibatannya dalam berliturgi,” ungkapnya.
Berikut ini sekilas rekaman peristiwa proses pelatihan tersebut: