Lukas 6: 20-26 Rabu, 11 Sept 2019 Hari Biasa Pekan XXIII

0
328 views
Ilustrasi (ist)

Berbahagialah dan bersukacitalah

Hari ini Injil Lukas menggambarkan bahwa Yesus datang untuk membawa kebahagiaan sejati kepada umat-Nya. Siapa yang akan menerima kebahagiaan ini dan kebahagiaan macam apa yang Yesus berikan?

Ia berkata:

“Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi.

Ajaran Yesus ini menyentak cara berpikir dan pola hidup duniawi mereka, yang berbeda drastis dengan prinsip dan pola hidup Kerajaan Allah. Dalam pola hidup dunia: yang miskin tersingkir, yang kaya bahagia. Tidak demikian halnya di dalam Kerajaan Allah.

Yesus mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati bukan terletak pada kesehatan, bukan karena tidak adanya tekanan mental, atau pun bukan karena tidak adanya masalah berkaitan kebutuhan hidup sehari-hari.

Kemiskinan, kelaparan, dukacita karena dibenci dan ditolak, dan disalah-mengerti, bahkan sampai kematian sekali pun tidak dapat menghilangkan sukacita kita karena mengetahui bahwa kita dikasihi Tuhan.

Kebahagiaan yang sejati adalah ketika seseorang dapat menikmati hidup yang Tuhan berikan saat ini dengan suatu harapan pasti untuk hidup kelak yang jauh lebih baik.

Kebahagiaan itu terjadi bukan karena hidup sekarang sudah tidak ada penderitaannya lagi, tetapi karena kesadaran bahwa Tuhan ada dan hadir dalam setiap perjalanan dan pergumulan hidup manusia sekarang ini.

Ucapan bahagia berisi kata-kata pengharapan dan penghiburan bagi mereka, dan bagi siapa saja yang menerima pelayanan Yesus. Mereka semua dirangkul dan dipulihkan, jasmani dan rohani.

Celakalah

Sebaliknya, seseorang boleh saja memiliki kekayaan, perut yang kenyang dan bisa tertawa puas karena puji-pujian palsu. Semua itu tidak akan menjadikannya berbahagia.

Sesungguhnya, Tuhan mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang celaka, karena mereka tidak akan bisa menikmati kekayaannya, mereka akan kelaparan, berduka dan menangis dan mendapatkan pujian hampa yang tidak memberi mereka apa-apa:

“Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.”

Yesus mengingatkan bahwa kekayaan bisa menghadirkan godaan untuk menemukan pegangan hidup dan rasa aman di luar Tuhan.

Kekayaan juga cenderung menimbulkan ketidakpedulian terhadap kebutuhan sesama.  Yesus tidak mengecam kekayaan. Ia sendiri menerima dukungan bagi pelayanan-Nya dari murid-murid yang kaya.

Kekayaan itu sendiri tidak jahat, tetapi harus diwaspadai karena ia dapat menguasai kita jika kekayaan itu tidak kita kuasai dan kita kendalikan. Inilah inti peringatan itu.

“Tuhan tidak membutuhkan uang Anda, tapi orang miskin membutuhkannya.Anda memberikannya kepada orang miskin, dan Tuhan menerimanya.”

https://www.youtube.com/watch?v=L1kFiH63EQ4&feature=youtu.be

-St Augustinus-

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here