Mabuk Pujian

0
300 views
Ilustrasi - Mabuk pujian dan kemudian jatuh. (Ist)

Renungan Harian
Selasa, 30 Agustus 2022
Bacaan I: 1Kor. 2: 10b-16
Injil: Luk. 4: 31-37
 
“ROMO, penjual itu dulu waktu masih remaja adalah atlet luar biasa. Dia sering menjadi juara dalam berbagai kejuaraan, bahkan untuk kelompok umurnya dia belum ada yang mengalahkan. Kasihan dia menjadi seperti itu,” seorang teman bercerita ketika kami sedang ngopi bersama.

“Lho memang kenapa kok menjadi seperti itu? Apakah dia cIdera atau hal lain?” tanyaku penasaran.

“Ya, itulah mo, orang tidak tahan dengan pujian. Waktu itu, hampir semua orang memuji kemampuannya. Banyak orang yang meramalkan bahwa suatu hari nanti dia akan menjadi atlit besar.

Saya tidak tahu persis bagaimana ceritanya, yang saya dengar dari pelatihnya, ia mulai besar kepala. Dia merasa hebat dan merasa bahwa dia tidak membutuhkan pelatih yang mendidik dia sejak masih anak-anak.

Dia tergiur dengan iming-iming uang dan janji akan menjadi atlit besar maka dia meninggalkan pelatihnya sejak kecil dan pindah ke kota lain.
 
Di kota yang baru, dia semakin besar kepala karena tidak mendapatkan lawan tanding yang sebanding. Semua dapat dengan mudah dikalahkan. Sementara itu pelatih di sana terlalu menyanjung dia. Akibatnya dia tidak berkembang dan dalam berbagai kejuaraan pada tingkat nasional dia selalu gagal.

Dia hanya menjadi “jago kandang” di kota yang baru itu. Karena dia tidak pernah berhasil dalam berbagai kejuaraan yang levelnya nasional, maka dia tidak dilirik lagi. Di kota yang baru itu dia juga mulai disingkirkan, karena tidak memberi dampak untuk kota itu.
 
Kemudian dia kembali ke sini dan minta bergabung dengan pelatih yang lama. Namun di sini dia sudah kalah jauh dibanding dengan rekan-rekannya; padahal dahulu rekan-rekannya itu tidak pernah menang lawan dirinya.

Dia tidak bisa berkembang dan frustasi. Sempat beberapa waktu dia dirawat di rumah sakit jiwa, syukurlah dia menjadi sembuh dan seperti yang Romo lihat,” teman saya menjelaskan.
 
Sebuah kisah tragis dari seorang yang mempunyai potensi luar biasa. Godaan menjadi penikmat pujian adalah kehancuran.

Kiranya sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Lukas mengajarkan bagaimana berhadapan dengan pujian.

Yesus yang disebut setan sebagai Yang Kudus dari Allah, tetapi Yesus justru menghardik setan itu. Ia tidak menikmati sebutan dari setan yang mengena-lNya. “Aku tahu siapa Engkau: Engkaulah Yang Kudus dari Allah.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here