Majelis Permusyawaratan Rembang

0
230 views
Ilustrasi: Kekuasaan dan kritik politik by Ist

Puncta 23.11.23
Kamis Biasa XXXIII
Lukas 19: 41-44

BEBERAPA waktu yang lalu beberapa tokoh bangsa datang ke rumah KH Ahmad Mustofa Bisri di Leteh, Rembang, Jawa Tengah.

Mereka itu antara lain budayawan Goenawan Mohamad, penggiat anti korupsi Erry Riyana, isteri mendiang Cak Nur Ny.Omi Komariah Madjid, mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan Romo Benny Susetyo Pr.

Mereka menamakan diri Majelis Permusyawaratan Rembang (MPR).

Tokoh lain seperti Franz Magnis-Suseno SJ, Nasaruddin Umar, Sinta Nuriyah Wahid, Natalia Soebagjo, Clara Juwono, Karlina Supelli, Andreas Anangguru Yewangoe, Rhenald Kasali, Riris Sarumpaet juga disebut-sebut ikut menyampaikan keprihatinan serupa. Namun, mereka berhalangan untuk hadir.

Mereka mengungkapkan beberapa kekhawatiran menjelang Pemilu 2024 kepada Gus Mus. Mereka merasa prihatin atas situasi akhir-akhir ini yang bisa mengganggu kehidupan berbangsa ke depan.

Dua hal yang disampaikan adalah tentang keputusan Majelis Kehormatan MK dan netralitas aparat dan penyelenggara pemilu dalam menyelenggarakan pesta demokrasi yang jujur dan adil. Ada ancaman serius yang harus diwaspadai di depan mata kita semua.

Dalam Injil hari ini Yesus juga mengkawatirkan nasib Yerusalem. Ia menangisi kota itu, karena tahu ancaman yang akan datang. Ia melihat kehancuran Yerusalem di depan mata.

Yesus mengungkapkan “curhat-Nya”: “Alangkah baiknya andaikan pada hari ini engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu. Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagimu.”

Para tokoh bangsa itu tahu akan bahaya yang mengancam demokrasi dalam negeri. Hal itu juga menjadi suasana kebatinan banyak orang.

Presiden menjadi tokoh kunci yang bisa menyelamatkan bangsa. Namun kita masih menunggu apa yang akan dilakukannya.

Dalam sebuah diskusi di hadapan sejumlah rektor, pengamat dan aktivis demokrasi, Romo Magnis-Suseno mengatakan, “Presiden mendengarkan (masukan-masukan tokoh bangsa), tetapi tidak menghiraukannya.”

Kalau suara hati tokoh-tokoh bangsa ini tidak dihiraukan, masalah yang lebih besar dan sulit bisa menimpa bangsa ini.

Seperti suara hati Yesus yang menangisi nasib Yerusalem, jika bangsa itu tidak bertobat kembali kepada Allah, maka Yerusalem akan hancur.

Yesus menubutkan, “Tembokmu akan dirobohkan dan tiada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain. Sebab engkau tidak mengetahui saat Allah melawati engkau.”

Kita harus bergerak untuk menyelamatkan bangsa. Suara-suara kebenaran harus digaungkan ke segala penjuru wilayah kita.

Naik ke atas bukit di kota Betania,
Memandang jauh ke Yerusalem lama.
Janganlah korbankan seluruh bangsa,
Hanya demi mengejar kekuasaan semata.

Cawas, dengarkan suara hati rakyat
Rm. A. Joko Purwanto Pr

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here