Makam Kosong Bukti Kebangkitan dan Kehidupan

0
676 views
Ilustrasi: Bunga Teratai di sebuah got di lahan kuburan di Kubu Raya, Pontianak by Mathias Hariyadi

Minggu Paskah, 17 April 2022

  • Kis:10:34a.37-43.
  • Mzm. 118:1-2.16ab-17.22-23.
  • 1Kor.5:6b-8.
  • Yoh.20:1-9

BUDAYA kita menjadikan makam bukan sekadar tempat memakamkan jazad atau tempat peristirahatan terakhir di dunia ini, melainkan tempat perjumpaan rohani atau batin antara kita yang masih hidup di dunia dan mereka yang sudah menghadap Tuhan.

Kita terbiasa melihat orang pergi ke kubur pada hari-hari tertentu, bulan tertentu.

Misalnya, pada saat hari raya atau sebelum hari raya. Ada orang yang pergi ke makam untuk berdoa.

Ada yang pergi sekedar untuk membersihkan dan menghias kuburan dengan kembang, namun tidak sedikit yang datang untuk membangkitkan kembali kenangan yang pernah dialami bersama.

Waktu kecil, saya sering diajak bapak mengujungi makam leluhur.

Karena leluhur dari bapak dan ibu banyak, maka tidak hanya satu pemakaman yang kami kunjungi, namun beberapa pemakaman umum.

Yang selalu membuat saya kagum adalah bapak ingat letak makam leluhur kami meski ada di antara ratusan nisan yang hampir sama.

Di makam itu, biasanya kami mulai membersihkan makam, mencabuti rumput, dan menyapu. Kemudian bapak akan memimpin doa, mendoakan leluhur yang dimakamkan di makam tersebut.

Kemudian tabur bunga dan setelah itu bapak akan bercerita atau kurang lebihnya bapak mengenalkan leluhur itu dan pertalian darah dengan kami, hingga mengapa kami ziarah makam ke tempat itu.

Semua makam yang dikunjungi selalu punya kisah, dan bapak selalu mengarisbawahi kebaiankan dan keutumaan hidup mereka.

Bapak selalu cerita tentang kebaikan mereka, tidak pernah cerita yang kurang baik dari para leluhur.

“Saya hanya ingin mengingat kebaikan mereka. Saya ajak kalian supaya kalian tahu leluhurmu telah berjuang selama di dunia ini,” kata bapak suatu ketika.

“Lebih baik dan lebih membahagiakan mengenang keutamaan hidup orang yang kita cintai daripada mengingat ketidakbaikannya,” katanya lagi.

Setiap kali ziarah makam, hati saya selalu ingat naseiat bapak, “Hidup kita ini punya akar pada leluhur kita. Kita tidak bertumbuh sendiri karena selalu ada bagian hidup yang terkait dengan masa lalu.”

Bahkan omongan dan mimpi serta harapan orang yang telah meninggal seakan hidup kembali ketika kita bersimpuh hening di makam mereka.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur.

Mereka berkata seorang kepada yang lain: “Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?”

Makam yang kosong tidak lagi menjadi simbul kesunyian makam, tempat jenazah dimakamkan namun menjadi tonggak keyakinan para murid bahwa Yesus telah bangkit.

Mereka mulai menemukan pertalian antara fakta kubur yang kosong dengan sabda kebangkitan yang pernah Tuhan Yesus sampaikan.

Di makam itu, mereka diingatkan akan kenangan-kenangan bersama Yesus dan apa yang telah disabdakan Tuhan Yesus menemukan konfirmasi dengan kenyataan yang mereka alami.

Kubur kosong menjadi tanda bahwa kematian bukan akhir segala-galanya, melainkan menjadi pintu untuk kehidupan baru dalam Tuhan.

Tuhan sungguh telah bangkit.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku bisa melihat cahaya terang dari setiap badai dan kegelapan hidup yang kita hadapi?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here