MINIMAL dua kali dalam Injil, hal menjual harta disebut. Pertama, dalam perumpamaan tentang pengampunan. Di sana Sang Raja meminta supaya seluruh harta, isteri, dan anak dari hamba yang tidak mampu membayar hutang itu dijual untuk melunasi hutangnya (Matius 18: 25).
Kedua, dalam Injil hari ini di mana Yesus berbicara tentang apa yang mesti orang lakukan untuk memperoleh hidup kekal (Matius 19: 16-22).
Keduanya mau menunjukkan belas kasihan Allah kepada manusia. Dosa manusia hanya bisa diampuni oleh belas kasih Allah. Bukan berkat usaha manusia.
Hidup kekal itu juga pemberian dari Tuhan yang berbelaslasihan kepada manusia. Yang dituntut dari manusia hanya menerimanya.
Untuk itu, manusia perlu membuka tangan dan hatinya. Semua yang memenuhi keduanya, baik berupa hal jasmani dan rohani perlu dilepaskan.
Melepaskan itu sesuatu yang sulit bagi manusia yang suka melekat pada hal-hal yang menurutnya nikmat. Sementara hanya dengan melepaskan orang dapat dibebaskan.
Siapakah yang kukuh terus berpegang pada suatu tiang dapat dibebaskan?
Itulah fakta yang dijumpai.
”Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku. Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.” (Matius 19: 21-22).
Hidup sempurna berarti hidup kekal dalam Tuhan. Menjual harta bukan berarti pergi ke pasar membawa seluruh harta benda yang dimiliki dan menukarnya dengan uang.Tetapi membebaskan diri dari semua yang bukan Tuhan.
Jadi, orang boleh tetap kaya. Yang miskin boleh bekerja keras untuk menjadi kaya. Yang perlu diingat bahwa kekayaan itu bukan sumber kabahagiaan dan hidup sejati.
Sumber yang sejati adalah Tuhan sendiri.
Senin, 15 Agustus 2022