Makna Puasa

0
42 views
Ilustras: Jalan Salib di Pusat Ziarah Keluarga Kudus Nazaret Sapak Bayo-bayo. (Romo Ferry SW)

Puncta 6 Juli 2024
Sabtu Biasa XIII
Matius 9: 14-17

MURID-murid Yohanes bertanya kepada Yesus: “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?”

Puasa adalah salah satu bentuk dari pertobatan. Bahkan puasa ditetapkan sebagai satu kewajiban dalam tindakan beragama.

Dalam tradisi Yahudi pun, puasa sudah sejak lama menjadi praktik hidup keagamaan. Kaum Farisi dan murid-murid Yohanes juga melakukan puasa. Maka mereka bertanya kepada Yesus, kenapa murid-murid-Nya tidak berpuasa.

Yesus menjawab dengan memberi gambaran tentang pesta perkawinan. Pada saat pengantin masih bersama-sama dengan mereka, orang-orang bersukaria, berpesta makan dan minum. Tetapi ketika pengantin diboyong ke rumah pengantin lelaki, mereka akan berpuasa.

Yesus adalah pengantin yang tinggal bersama. Mereka bersukacita dan berpesta, tidak berpuasa. Ketika Yesus wafat, tidak tinggal bersama mereka, saat itulah waktunya berpuasa.

Berpuasa itu yang penting bukan penampilan luarnya, tetapi inti terdalamnya yakni semangat pertobatan yang tulus. Semangat pembaharuan itulah yang harus ditempatkan pada kantung yang baru.

Bukan soal tidak boleh makan minum, tetapi pertobatan batin yang diwujudkan dalam perilaku yang baik, itulah maknanya berpuasa. Puasa tidak hanya soal mentaati peraturan atau kewajiban agama, tetapi puasa adalah bentuk pertobatan nyata adanya perubahan sikap dalam hidup kita.

Malah dipertanyakan pada bulan orang berpuasa kok malah terjadi inflasi kebutuhan bahan konsumsi masyarakat, harga-harga kebutuhan pokok menjadi naik. Kebutuhan konsumsi sehari-hari meningkat.

Kita pelan-pelan dan pasti mulai meninggalkan makna asali puasa. Nilai inti berpuasa mulai luntur. Beberapa praktik puasa dan matiraga mulai ditinggalkan.

Dulu sehari sebelum misa, umat diwajibkan puasa. Sekarang satu jam sebelum misa diminta puasa saja sulit. Praktik menjalani Jalan Salib panjang di tempat ziarah sekarang sudah tidak laku lagi. Orang langsung berdoa di Gua Maria sebentar dan sesudah itu foto-foto dan wisata kuliner.

Benarkah kita sungguh-sungguh berpuasa?

Banyak warung ada di jalan raya,
Ngabuburit tinggal pilih apa saja.
Kalau kita benar-benar berpuasa,
Jangan dipamerkan pada sesama.

Cawas, belajar bermatiraga
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here