UMAT katolik yang berdomisili di Landungsari terkoordinir dalam Wilayah X Paroki Katedral Malang, 45 tahun lalu jumlahnya belum seberapa. Konon, jumlahnya tidak lebih dari 20 jiwa dan mereka itu merupakan buah-buah baptisan pertama. Benih yang ditabur oleh romo Karmelit terus dipupuk baik oleh para biarawan Karmelit maupun biarawati Ursulin (OSU) dan PIJ. Sekarang, jumlahnya sudah menjadi lebih dari 70 keluarga.
Tidak menutup kemungkinan bahwa perkembangan jumlah umat itu juga didukung oleh perpindahan penduduk yang menempati rumah-rumah baru di berbagai perumahan baru di Desa Landungsari.
Mereka rajin berkumpul secara periodik, khususnya para ibu-ibu yang disebut Wanita Katolik yakni pada Minggu sore. Mereka berkumpul untuk berdoa bersama dilanjut dengan arisan. Hanya saja, arisan ini sebagai metode untuk menentukan tempat berkumpul pada minggu berikutnya.
Wadah ini sangat bermanfaat bagi Pengurus Lingkungan untuk menyampaikan informasi yang diperoleh dari Paroki Katedral Malang. Juga dengan mudahnya untuk mensosialisasikan program kerja atau berita baru yang diperoleh.
Baru-baru ini, Paroki Katedral Malang menyampaikan Program SERU (seribu rupiah) per hari per jiwa untuk berpartisipasi dalam rangka pembangunan Gedung Pastoral Widya Bhakti dan rencana pemilihan Ketua DPP Katedral. Ya melalui kelompok inilah program itu tersampaikan dan dilaksanakan.
Undangan Sr. Laura MISC
Demikian pula ketika ada undangan dari Sr. Laura Misc –moderator Paguyuban Devosi Kerahiman Illahi Keuskupan Malang– untuk hadir di residensinya di Lodalem. Karena itu, ibu-ibu dengan cepat menanggapi dan menyediakan diri untuk ikut serta pergi ke Lodalem, Kalipare, Malang Selatan.
Tak kurang dari 36 jiwa terdiri dari ibu-ibu dan beberapa bapak dan putra/putri pergi ke Lodalem dengan mengendarai dua buah ELF Long pada Minggu 11 Juni 2017 Hari Raya Tritunggal Mahakudus
Belajar doa Kerahiman Illahi
Sr. Laura Misc pada hari itu baru saja membaharui kaul kekalnya. Ia datang sambil membawa gambar Yesus yang bersinar dari hati-Nya dan kemudian menerangkan bahwa doa Kerahiman Illahi berasal dari Sr. Faustina. Ia adalah seorang suster yang sudah digelari Santa oleh Bapa Suci Johanes Paulus II.
Paparan beliau selanjutnya adalah sebagai berikut. Sr. Faustina sungguh-sungguh berjuang supaya menjadi biarawati yang bertanggungjawab dan supaya semua orang merasa senang dengan kehadirannya. Pekerjaannya sederhana: di dapur, di kebun atau di pintu sebagai penerima tamu. Ia rela dipindahkan dimana tenaganya diperlukan. Semuanya itu dijalankannya dalam kerendahan hati.
Tugas utama Sr. Faustina yang menyebabkan ia dipilih dan dipanggil masuk biara serta mendapat penampakan Yesus adalah usahanya menyebarluaskan devosi baru, yaitu Devosi kepada Kerahiman Ilahi.
Lima bagian penting
Inti devosi itu terdiri atas lima bagian yang sama penting:
- Gambar Yesus Maharahim.
Pada gambar itu tampak dua sinar melambangkan darah dan air. Yang merah melambangkan darah yang memberi hidup bagi jiwa-jiwa, yang putih pucat melambangkan air yang menguduskan jiwa-jiwa.
- Pesta Kerahiman Illahi.
Pada hari Minggu pertama sesudah Paskah. Siapa saja yang pada hari itu mendekati sumber kehidupan, maka ia akan menerima pengampunan atas segala dosanya dan dibebaskan dari hukuman.
- Rosario Kerahiman (koronka).
Siapa saja yang mendoakannya akan mendapat kerahiman yang besar pada jam kematiannya, dan baik pula didoakan dekat dengan orang yang berada dalam sakratul maut. “Bapa yang kekal, kupersembahkan kepadaMu Tubuh dan Darah, Jiwa dan Ke-Allah-an PutraMu yang terkasih Tuhan kami Yesus Kristus, sebagai pemulihan dosa-dosa kami dan dosa seluruh dunia”.
Pada biji kecil berdoalah 10 X: “Demi sengsara Yesus yang pedih, tunjukkanlah belas kasihMu kepada kami dan seluruh dunia”
Dan sebagai penutup berdoa 3X: “Allah yang kudus, Kudus dan berkuasa, Kudus dan kekal, Kasihanilah kami dan seluruh dunia.”
- Jam Kerahiman adalah pukul 15.00 petang waktu setempat.
Kita semua diminta untuk menghormati jam kematian Yesus secara khusus dengan memuliakan dan memujiNya. Pada saat itu kerahiman akan terbuka lebar-lebar untuk semua jiwa.
Doa Kerahiman Illahi itu berbunyi: “Ya Yesus, Engkau telah wafat, namun sumber kehidupan telah memancar bagi jiwa-jiwa dan terbukalah lautan kerahiman bagi segenap dunia.
O, sumber kehidupan, Kerahiman Illahi yang tak terselami, naungilah segenap dunia dan curahkanlah diriMu pada kami.
Dilanjutkan dengan Doa Utama: “Darah dan Air yang telah memancar dari Hati Yesus sebagai sumber kerahiman bagi kami, Engkaulah andalanku. (3X)
Allah yang kudus, kudus dan berkuasa, kudus dan kekal, kasihanilah kami dan seluruh dunia. (3X) Amin
Yesus, Raja Kerahiman Ilahi, Engkaulah andalanku..
- Mewartakan dan menyebarluaskan Devosi Kepada Kerahiman Illahi.
Kita dimohon untuk menyebarluaskan devosi ini kepada seluruh dunia tentang Kerahiman Tuhan. Penyebarluasan devosi Kerahiman Illahi adalah belas kasih dan belas kasih, melakukan apa saja yang mengungkapkan belas kasih, bertutur dengan kata-kata yang berbelas kasih, dan mengungkapkan belas kasih dengan doa.
Selanjutnya Doa Koronka diajarkan oleh Bapak Boyadi. Ia mengajari bagaimana berdoa koronka kepada mereka yang hadir dengan sabar dan menunjukkan satu demi satu manik-manik rosario dan kalimat doa dari teks putih kecil yang sudah dibagikan. Untungnya para pembelajar doa sudah membawa rosario masing-masing dari rumah. Suasana hening larut dalam doa beberapa saat ketika mereka mempraktekkan Doa Koronka tersebut.
Alm. Romo GJA Lohuis O.Carm – Sang Perintis
Setelah acara belajar doa selesai tampillah Bapak Jumari yang merupakan baptisan pertama dari delapan anak di Desa Arjosari. Ia menerangkan sedikit tentang Romo G.J.A. Lohuis O. Carm, misionaris yang datang ke sesa tersebut.
Romo G.J.A. Lohuis O. Carm mempunyai peran utama dalam membangun semangat paguyuban umat beriman yang sungguh mengesankan, juga dalam mendirikan gedung gereja dan Paroki Lodalem. Kecintaan romo kepada umat beriman dibawanya sampai wafat pada 8 Agustus 1973 dan jenasahnya dimakamkan di samping kiri Gereja Lodalem.
Tampil kemudian Bapak Melchior Gino, guru Agama Katolik pertama, yang dihadirkan di SDK St. Johanes Lodalem. Ia merangkap tugas pemimpin Ibadat Sabda pada setiap hari Minggu pagi pada tahun 1960-an. Ia berpesan agar kami semua tekun dan berani menyebarluaskan doa Kerahiman Illahi.