Maling Teriak Maling

0
370 views
Ilustrasi.

Senin, 9 Agustus 2021

Ul.10:12-22.
Mat. 17:22-27

“SAYA dituduh mencuri perhiasan dan uang milik suami saya,” kata seorang ibu.

“Ia memukuli saya. Lalu, anak-anak kemudian mengusir kami,” lanjutnya

“Padahal dia yang menyimpan perhiasan pemberian orangtua saya,” ujarnya.

“Selama dia tugas belajar, semua biaya dari uang tabungan saya,” terusnya.

“Namun setelah mendapatkan pekerjaan dan hidup mapan, dia bengis dan menyia-nyiakan saya dan anak-anak,” ujar ibu itu.

“Semua ini berawal dari terbongkarnya perselingkungan dia dengan teman sekantornya hingga punya anak,” kisah ibu itu.

“Untuk menutupi kesalahannya, dia menjadi galak, suka marah dan bertindak kasar dengan saya dan anak-anak,” urainya.

“Saya bersyukur bisa terlepas dari kekejamannya dan melarikan diri bersama anak-anak,” sambungnya.

“Apakah ibu akan melaporkan suami ibu ke polisi?,” tanyaku padanya.

“Tidak. Saya sudah cukup lega bisa pergi dari dia dengan anak-anak,” katanya tegas.

“Untuk saya dan anak-anak, lebih baik hidup miskin, tapi damai. Daripada hidup berkelimpahan harta, tapi menderita,” katanya lagi.

“Biar ia menebar fitnah dan kebohongan tentang aku dan anak-anak, kebenaran suatu saat pasti akan terbuka,” ujarnya.

Kebenaran yang memerdekaan.

Tidak ada yang bisa membeli kemerdekaan sejati. Harta benda bisa kita korbankan untuk memperoleh kemerdekaan itu.

Lebih baik, kita berkurban harta benda daripada menjadi batu sandungan orang lain.

Ibu itu, rela melepaskan harta benda dan difitnah demi mendapatkan kebahagiaan bersama anak-anaknya.

Apa yang kita pilih dalam hidup ini?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here