NAMANYA Yosepha Alomang. Kerap disapa sebagai Mama Yosepha, perempuan dari suku Amungme, Timika, Papua.
Saat masih kecil, orang yang kerap kita sapa Yosepha ini sudah hidup sebatang kara. Tanpa punya orangtua kandung lagi. Mereka meninggal, saat Yosepha masih kecil. Lalu ia tinggal bersama ayah dan ibu tiri dan hidup dengan cara berpindah pindah dari tempat satu ke tempat lain. Dikenal dengan istilah nomaden.
Tak mudah menyerah
Yosepha sempat tinggal di tempat tempat yang kumuh. Bisa juga disebut lokasi pembuangan yang sangat kotor selama kurang lebih satu bulan. Hanya bisa mengkonsumsi makanan sangat tidak layak yang dilemparkan dari atas ke tempat tinggalnya.
Namun, Mama Yosepha tidak pernah menyerah dengan keadaaan. Ia bisa bebas memberontak dan menuntut perusahaan dan melakukan gugatan atas ketidakadilan karena eksploitasi. Walaupun saat itu, mereka telah melakukan ganti rugi, namun perjuangan Mama Yosepha tidak berhenti hanya sampai di sana.
Teladan baik
Mama Aleta dan Yosepha dan juga semua perempuan adat telah memberi contoh baik. bahwa sebenarnya manusia harusnya melihat lingkungan sebagai bagian dari diri kita sendiri dan tidak patut untuk dijadikan objek eksploitasi.
Sampai sekarang pun, Yosepha tetap semangat dengan membantu kaum wanita.
Kiprah Mama Yosepha ini sangat menarik. Terutama perjuangannya membela hak-hak asasi manusia di Indonesia. Ia juga memperjuangkan kehidupannya sendiri dan berjuang untuk program kesetaraan jender di tengah masyarakat agar tidak terjadi penindasan atas nama perbedaan jenis kelamin.
Ia terlibat aktif meretas solusi atas berbagai permasalahan besar. Akhirnya ia berhasl menjadi tokoh dan dikenal oleh dunia dan tentunya juga oleh masyarakat Indonesia.
Sekilas, ia terlihat tak berdaya. Tapi jangan abaikan keberanian dan kepercayaan dirinya. Perempuan berpostur mungil ini menjaga dirinya sendiri dan kaumnya. Tidak ada salahnya memuji Mama Yosepha Alomang sebagai pahlawan yang peduli dan memperjuangkan kaum perempuan Papua.
Bisa disebut Srikandi dari Nemangkawi. Artinya Srikandi dari Gunung Anak Panah Putih alias Salju.
Out of the box
Ibu ini berhasil menerobos dan mengalahkan kekuatan manusia. Hal ini karena dalam tatanan budaya tradisional Papua, peran laki-laki masih sangat penting.
Ketika Yosepha Alomang terpilih, dia memperjuangkannya dan akhirnya memenangkan Penghargaan Pembela Hak Asasi Manusia.
Banyak warga Bumi Amungsa dan Papua kaget sekaligus terheran-heran, seakan tak percaya perempuan cilik ini mampu meraih penghargaan di dalam dan luar negeri.
Perempuan ini mempunyai keberanian yang sangat tinggi. Ini tidak dapat diragukan lagi. Mama Yosepha adalah tokoh yang benar-benar membuat jiwa muda para generasi penerusnya bergejolak.
Teladan masa kini
Semangat Mama Yosepha Alomang dapat kita apresiasi khususnya di era sekarang. Hal ini bisa menjadi sesuatu yang mengispirasi. Khususnya bagi kaum Generasi Z dalam menghadapi kerasnya kehidupan.
Mama Yosepha mengajari bagaimana cara memperjuangkan kesetaraan jender. Ia memperjuangkannya dan akhirnya memenangkan penghargaan sebagai Pembela Hak Asasi Manusia.
Peran Mama Yosepha sangat penting di masyarakat. Terutama karena perannya membela kebenaran.
Ia melibatkan diri mencari solusi atas berbagai masalah dunia dan memperjuangkan kesetaraan jender yang berujung keberhasilan.
Kita ingin meneladani Mama Yosepha. Saat pandemi ini, kita bisa menyuarakan hal-hal baik. Boleh berpendapat tetapi dengan tetap menempuh cara tertata dan baik. Bukan menggunakan emosi, melainkan taat prosedur.
Kita sebagai masyarakat Indonesia harus meniru bagaimana cara beliau memperjuangkan rakyat.
Semangat tidak pernah menyerah dan selalu berkobar-kobar seperti yang dilakoni oleh Mama Yosepha. Ini tentu bukan karakter mudah menyerah. Melainkan selalu maju ke depan tanpa melihat apa yang sudah menimpanya sekian lama.
Ini menjadi kewajiban kita untuk mencontohnya.