Mandiri

0
159 views
Ilustrasi - Menjadi mandiri. (Ist)

Renungan Harian
Selasa, 24 Mei 2022
Bacaan I: Kis. 16: 22-34
Injil: Yoh. 16: 5-11
 
ROMO, saya sering terheran-heran dan terharu melihat perkembangan anak saya. Saya bangga dengan semua pencapaiannya, walau mungkin untuk banyak orangtua biasa saja.

Saya masih ingat bagaimana dia dulu waktu di rumah, banyak hal harus diingatkan, dan sering membuat jengkel. Di rumah sering hanya “klentrak-klentruk” (tidak bergairah), pemalu, bahkan kakak perempuannya sering menyebut adiknya ini sebagai anak yang “mager” (malas gerak).
 
Saat dia mulai kelas 3 SMP, kami mulai berpikir kemana dia harus melanjutkan sekolah. Saya penginnya dia masuk kolese di Yogya atau sekolah berasrama di Muntilan.

Mamanya setuju tetapi juga keberatan berpisah, tetapi lebih pada belum yakin apakah anak ini nanti bisa mandiri. Awalnya saya berpikir kalau sekolah di asrama dengan berbagai aturan dan kegiatannya membantu anak ini berkembang lebih baik, tetapi masih tarik ulur dengan mamanya dan anaknya sendiri.

Satu sisi anaknya ingin sekolah di sekolah yang baik tetapi sisi lain masih ingin di rumah dan sekolah di kota kami, karena masih bersama-sama dengan teman-teman sepermainannya.
 
Dengan berbagai penjelasan dan promosi besar tentang sekolah di Yogya atau Muntilan anak ini mulai tertarik tetapi masih ada keraguan. Saya serin gkali meyakinkan dan memberi contoh para alumni yang luar biasa. Dan akhirnya agak sedikit didorong kuat diputuskan melanjutkan ke Yogya atau Muntilan.

Syukurlah dia diterima di Yogya sehingga kemudian melanjutkan sekolah Yogya.
 
Sejak sekolah di Yogya anak ini menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Saat liburan kelihatan bahwa anak ini sudah jauh berbeda, sudah berkembang luar biasa. Cara berpikir, cara bicara dan tanggung jawabnya kelihatan luar biasa. Banyak bakat yang berkembang dan bahkan banyak bakat yang kami sendiri tidak menyadari ternyata tumbuh dan berkembang.

Saat pandemi dan harus sekolah online dari rumah, dia sudah menunjukkan kemandirian dalam belajar dan mengerjakan tugas. Semua dikerjakan dengan mandiri, tidak lagi harus diingatkan dan tidak lagi harus dicereweti.

Dan yang menarik adalah dia bisa memerankan diri menjadi kakak dan adik yang baik. Dia dengan murah hati membantu adiknya dan mendorong adiknya untuk maju.
 
Saat mulai kelas 3 SMA dia menunjukkan cara berjuang yang luar biasa untuk menggapai tujuan kuliah. Dia telah mampu mempertimbangkan dengan baik, kemampuan dirinya, tuntutan tempat kuliah, persaingan untuk masuk perguruan tinggi.

Dia tahu persis apa yang harus dilakukan agar bisa diterima di perguruan tinggi yang dia harapkan. Dan syukur pada Allah dia berhasil diterima di perguruan tinggi yang diidamkan.
 
Setahun dia kuliah perkembangannya lebih lagi. Akhir-akhir ini kami dikejutkan dengan kemampuannya berorganisasi dan kemampuannya berbisnis kecil-kecilan untuk mengembangkan bakat dan hobinya. Luar biasa karya Tuhan untuk anak kami.

Kami bersyukur dengan apa yang terjadi. Andai saja dahulu kami tidak berani melepas dia mungkin dia tidak menjadi luar biasa seperti ini.

Ini kesadaran bagi kami bahwa kami harus berani melepaskan anak-anak kami untuk berkembang. Kami peluk terus hanya akan membuat anak-anak kami terlena dan bergantung. Dengan berani melepas, mereka akan terbang tinggi mengembangkan dirinya menggapai panggilan hidupnya,” seorang bapak berkisah.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam injil Yohanes:

“Namun benar yang Kukatakan kepadamu: adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, penghibur itu tidak akan datang kepadamu; sebaliknya jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here