AWALNYA, ia hanyalah seorang buruh. Macam-macam pekerjaan dia tangani. Mulai dari buruh tani, buruh bangunan, buruh peternakan.
Semua pekerjaan “hina” rela dia terima. Untuk bisa menabung dan punya modal cukup. Untuk bisa menikah.
Ternyata, jalan hidupnya berubah. Tidak jadi menikah. Tapi kemudian malah memutuskan ingin menjadi imam. Hanya gara-gara terpikat oleh pesona indahnya jubah pastor dan mobil jip setiap kali terjadi kunjungan pastoral ke desanya di lereng Gunung Merapi oleh para romo Paroki Boyolali, Jateng.
Singkat cerita, Ngatun itu pun akhirnya tertarik menjadi imam.
Meski sudah umur tua, namun Markus Ngatun Suparno tidak mau menyerah kalah.
Ia kemudian masuk Seminari Tinggi Interdiosesan “San Giovanni XXIIII” Malang dan memulai kuliah fillsafat-teologi di STFT Widyasasana Malang.
Barulah di bulan Mei 2022 lalu, Diakon Markus Ngatun Suparno akhirnya boleh menerima Sakramen Imamat dan ditahbiskan menjadi imam diosesan. Untuk Keuskupan Tanjung Selor, Provinsi Kalimantan Utara.
Ia ditahbiskan menjadi imam oleh Uskup Penahbis Mgr. Paulinus Yan Olla MSF, Uskup Keuskupan Tanjung Selor.
Sekarang ini, Romo Markus Ngatun Suparno Pr mengampu tugas sebagai pendidik dan pembina untuk Seminari Menengah Santo Yoseph di Tarakan, Kaltara.
Kredit video: Angel Li.