JALANAN tanah yang berlobang berulang kali memaksa kami untuk memperlambat laju kendaraan. Sesekali ketika bertemu lobang yang dalam kendaraan harus bermanuver dan zig zag memilih jalan agar penumpang tetap nyaman dan tidak mengalami goncangan yang hebat.
Sejumlah pemotor tampak mengenakan masker, melindungi diri dari debu pekat yang berterbangan, ketika kendaraan lainnya melintas.
Tampak barisan pohon-pohon kelapa sawit yang berdiri kokoh di pinggiran jalan daunnya terlihat pucat tertutup debu pekat musim kemarau.
Itulah gambaran perjalanan kami dari Pastoran St. Gregorius Agung Jambi menuju Desa Tanjung Harapan, Sungai Bahar Unit 9, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.
Dibutuhkan waktu sekitar dua jam perjalanan untuk sampai ke tempat ini.
Anak Stasi kedua jadi imam
Ratusan umat tampak telah memadati tenda yang berdiri di halaman depan Gereja Stasi St. Maria Immaculata, Sungai Bahar IX, Paroki St. Gregorius Agung Jambi.
Kompleks gereja stasi ini cukup unik, karena berada di dua provinsi sekaligus. Bangunan Gereja berada di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan; sedangkan halaman depan gereja berada di wilayah Kabupaten Muaro Jambi, Jambi.
Hari itu menjadi saat penuh sukacita bagi seluruh umat di Wilayah Sungai Bahar, karena mereka boleh menghadiri Perayaan Ekaristi Perdana Romo Antonius Manik yang baru ditahbiskan menjadi imam diosesan Keuskupan Agung Palembang sehari sebelumnya oleh Mgr. Aloysius Sudarso SCJ.
Imam diosesan berdarah Batak Toba putera keempat pasangan Morhen Manik dan Juliana Simarmata ini adalah imam kedua yang berasal dari Stasi St. Maria Immaculata, Sungai Bahar Unit IX.
Imam pertama yang berasal dari stasi ini adalah Romo Antonius Effendi SCJ yang kini bertugas sebagai direktur Panti Asuhan St. Maria, Pasangsurut, Sumatera Selatan.
Tor-tor
Perayaan Ekaristi Perdana ini diawali dengan perarakan yang diiringi dengan Tari Tor-Tor dan alunan musik gondang Toba.
Tampak belasan imam turut menjadi konselebran dalam Misa Perdana yang dipimpin oleh Romo Antonius Manik ini, di antaranya adalah Romo Yohanes Haryoto SCJ, pastor paroki St. Gregorius Agung Jambi dan Romo Petrus Sukino Pr, Ketua Unio Imam Diosesan Keuskupan Agung Palembang.
Kelompok koor dengan pakaian adat khas Batak Toba pun menambah semarak suasana Perayaan Ekaristi pada Jumat (12/7), yang lalu.
Memaknai perjalanan Panggilan
Dalam homilinya, imam yang mendapat tugas perutusan di Paroki Sang Penebus Batuputih ini menegaskan tentang motto tahbisan yang ia pilih, “Hendaklah kamu murah hati, seperti Bapamu adalah murah hati”.
“Sebagai seorang anak yang lahir di tengah keluarga sederhana, saya sungguh menyadari kesulitan yang dirasakan dan dialami oleh orangtua kami, lebih-lebih ketika mereka berjuang menata hidup di tanah perantauan di Sungai Bahar ini,” kenang Romo Anton.
Lebih lanjut, imam yang menerima Tahbisan Diakonat pada 25 Januari 2019 ini menuturkan bahwa para saudaranya menjadi pribadi yang berperan memperkenalkan Gereja Katolik kepadanya.
“Kedua abang saya inilah yang memperkenalkan kepada saya Gereja Katolik dan dari situlah saya mengenal pastor dan akhirnya punya keinginan menjadi pastor. Dulu sebelum menjadi orang Katolik, saya termasuk anak yang malas ke Gereja, tapi setelah di perantauan dan mulai mengenal Gereja Katolik saya menjadi lebih aktif dan akhirnya ingin menjadi orang Katolik. Entah mimpi apalah orangtua saya sehingga punya anak yang jadi pastor.”
Imam yang pernah menjadi koster di Paroki St. Teresia Jambi ini menegaskan tentang kemurahan Tuhan yang ia rasakan.
“Saya sungguh menyadari bahwa perjalanan hidup saya terjadi semata-mata karena kebaikan dan kemurahan Tuhan. Saya dipanggil dan dipilih dari keluarga sederhana dan semua saya rasakan indah pada waktunya. Kita semua pun diundang untuk senantiasa menyadari kemurahan Tuhan dalam hidup kita dan mau berbagi berkat atau kemurahan Tuhan yang kita terima itu dalam hidup kita sehari-hari dengan memberikan yang terbaik bagi sesama,” tegasnya.
Usai Perayaan Ekaristi, acara syukur pun dilanjutkan dengan Upacara Adat sesuai dengan tradisi Suku Batak Toba, Sumatera Utara. Tarian Tor-Tor yang diiringi dengan alunan musik Gondang.
Di meja prasmanan tampak telah tersaji sejumlah masakan khas Batak Toba, seperti saksang dan ikan arsik yang siap untuk dinikmati. Matahari semakin meninggi, aneka masakan yang tersaji pun segera dinikmati. Alunan musik gondang yang membahana mengiringi upacara adat menambah nikmatnya suasana saat makan bersama.