ADA kebiasaan unik di SMA Kolese de Britto Yogyakarta. Setiap tanggal 27 Desember, selalu diadakan reuni informal yang bernama “Manuk Pulang Kandang (MPK)”.
Acara ini dipakai sebagai ajang pertemuan bagi alumni yang sedang berlibur di Yogyakarta.
Yang menjadi penyelenggara MPK adalah angkatan yang sudah lulus 25 tahun dari Kolese de Britto.
Agak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, MPK 2017 kali ini mengambil tema ‘de Britto untuk Kebhinnekaan’. Tema ini diambil untuk merespon situasi aktual Indonesia dimana terjadi pengerasan dan formalisasi keyakinan di sebagian masyarakat. Hal ini bisa kita rasakan dalam situasi kehidupan sehari-hari kita.
Untuk mendukung tema itu, Panitia MPK 2017 secara khusus mengundang Alissa Wahid, Koordinator Nasional Jaringan GusDurian dan puteri alm. Presiden Abdurrahman “Gus Dur” Wahid , untuk memberikan pandangannya soal kebhinnekaan di Indonesia.
Dalam pidatonya, Alissa Wahid menekankan perlunya peran kita semua untuk berani melawan konservatisme dan radikalisme. “Situasi Indonesia 10 tahun ke depan tergantung pada keberanian kita bersikap di masa sekarang,” ujarnya.
Alissa Wahid juga menekankan perlunya kelompok-kelompok pro kebhinnekaan untuk bekerjasama secara lebih erat.
Komunitas Alumni SMA Kolese de Britto menyambut baik seruan Alissa Wahid tersebut.
Selain tema kebhinnekaan, MPK 2017 juga menampilkan pertunjukan kesenian yang dibalut dengan misa ekaristi. Misa kali ini dipimpin oleh Romo In Nugroho SJ dan Universitas Sanata Dharma.
Memberi daripada mengambil
Romo In dalam homilinya menyampaikan perlunya semangat memberi alih-alih mengambil. Perjuangan pada kebhinnekaan tidak mungkin berjalan tanpa semangat memberi. Hal ini sangat penting ditekankan karena semangat dominan yang dimiliki masyarakat saat ini adalah mengambil, merampok, yang berorientasi pada pemenuhan ego semata.
Berbagai pertunjukan kesenian yang ditampilkan dalam MPK 2017 kali ini adalah Wayang Guru oleh dalang Triyanto Hapsoro, gamelan Gangsa Kulila oleh murid SMA Kolese de Britto yang sempat menang dalam berbagai festival gamelan, band Cross Fire, dan kelompok vokal Mlenuk Voice yang menyanyikan lagu misa. Landung Simatupang, aktor monolog senior, membacakan bacaan Injil.