Manusia Memahami Krisis Dirinya

2
180 views
Ilustrasi: Manusia merenung ingin memahami diri. (Pexels)

DALAM kajian filsafat manusia, sering kali individu dipandang sebagai makhluk yang penuh ambiguitas. Manusia memiliki sisi yang ingin berbuat baik, mendedikasikan diri pada nilai-nilai moral. Namun di sisi lain, terkadang manusia terjerumus dalam tindakan yang dapat dianggap jahat atau merugikan.

Ambiguitas dalam perilaku manusia muncul, karena adanya pertarungan antara logika akal pikiran dan godaan atau tawaran-tawaran yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Ketidakpastian dalam menghadapi pilihan hidup sering kali menimbulkan rasa kegagalan dan frustrasi pada manusia.

Mengelola ambiguitas

Dalam banyak kesempatan, individu merasa bahwa mereka telah gagal mencapai tujuan atau standar yang diinginkan, sehingga mengakibatkan pandangan negatif terhadap nilai hidup itu sendiri.

Rasa putus asa dan ketidakberdayaan dapat merasuki pikiran manusia, menggiring orang ke arah pandangan bahwa hidupnya tidak memiliki makna atau nilai yang berarti. Oleh karena itu, memahami dinamika ambiguitas manusia dan cara mengelola diri menjadi kunci penting dalam mencapai keseimbangan dan pemahaman terhadap nilai hidup yang lebih mendalam.

Perasaan gagal mengingatkan saya pada salah satu pelukis besar dari negeri kincir angin. Pelukis Belanda, Vincent van Gogh, adalah seorang seniman produktif. Ia berhasil menciptakan sekitar 1.700 lukisan dan gambar sepanjang hidupnya, sebelum akhirnya meninggal tahun 1890.

Ilustrasi – Potret diri seniman lukis Belanda Vincent van Gogh. (Ist)

Meskipun karyanya yang melimpah, ia hanya berhasil menjual salah satu lukisannya dengan harga sebesar US$85. Ironisnya, pada saat van Gogh meninggal, keyakinannya tentang kegagalan pribadinya mendalam. Tidak pernah ia menyadari sejauh mana kehebatannya sebagai seorang seniman.

Beberapa waktu yang lalu, perhatian kembali tertuju pada warisan seni Vincent van Gogh ketika salah satu lukisannya terjual dengan nilai yang mengesankan, mencapai US$50 juta. Dengan kurs saat ini, di mana US$1 senilai dengan Rp 15.676, maka harga satu lukisan setara dengan Rp 783.800.000.000,00.

Ironisnya, pada masa hidupnya, van Gogh tidak pernah mengetahui atau mengakui bahwa karyanya akan memiliki nilai yang begitu besar. Keberhasilan karya lukis yang gemilang membuka pandangan baru terhadap pengakuan dan apresiasi seni yang mungkin selama ini tidak terpahami oleh sang maestro.

Martabat manusia

Setiap individu manusia adalah makhluk berharga yang memiliki martabat yang mulia. Rasa syukur sebagai pribadi yang begitu berharga seharusnya hadir dalam berbagai peristiwa kehidupan, tanpa perlu takut menghadapi kegagalan. Kegagalan atau kesuksesan hanya merupakan bagian dari perjalanan hidup, bukan hidup itu sendiri.

Pentingnya memiliki pengakuan citra diri yang positif adalah kunci untuk mudah beradaptasi menghadapi masa depan. Dengan pandangan yang optimis terhadap diri sendiri, seseorang tidak perlu lagi merasa cemas terhadap apa yang akan datang.

Kesadaran bahwa masa lalu, sekarang, dan masa depan tidak akan mengurangi kualitas martabat seseorang memberikan kekuatan untuk menghadapi tantangan hidup. Oleh karena itu, semangat rendah hati, sikap bersyukur, dan pandangan hidup yang positif berdasarkan etika dan keyakinan religius dapat membantu seseorang menyadari nilai dirinya dan orang lain yang begitu berharga.

Ilustrasi: Kecitraan martabat manusia. (Pexels)

Selain itu, keberadaan martabat manusia yang tinggi tidak hanya menciptakan kepercayaan diri individual. Tetapi juga mempromosikan pemahaman akan nilai-nilai kolektif. Hidup di dunia ini dengan sikap positif tidak hanya berdampak pada diri sendiri, tetapi juga membantu membangun hubungan yang lebih baik dengan sesama.

Sebuah keyakinan kuat dalam keberhargaan manusia membentuk dasar untuk menjalani kehidupan dengan penuh rasa hormat terhadap diri sendiri dan orang lain, menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan berdaya.

Sebagai catatan akhir, ketika manusia mengalami krisis identitas dan meragukan nilai dirinya, penting untuk cepat menyadari bahwa eksistensi orang sebagai manusia memiliki makna dan martabat yang luar biasa berharga.

Proses jatuh bangun dalam menjalani rentetan kehidupan adalah hal yang lumrah. Namun, kemampuan untuk tetap tabah dan belajar dari setiap pengalaman adalah tanda kebijaksanaan. Bahkan dalam situasi keterasingan atau kesendirian, manusia tetap memegang nilai yang tinggi di mata Sang Pencipta kehidupan, Yang Ilahi.

Kesadaran akan martabat mulia pada diri tidak hanya membantu melewati masa-masa sulit, tetapi juga mengokohkan keyakinan bahwa setiap individu memiliki peran dan tujuan yang unik dalam perjalanan kehidupan.

Oleh karena itu, penting untuk merangkul nilai diri, menghargai setiap langkah dalam perjalanan, dan menyadari bahwa kehidupan memiliki arti yang mendalam, bahkan di tengah tantangan dan ketidakpastian.

Baca juga: Promosi panggilan Kongregasi Soeurs de Notre Dame (SND)

2 COMMENTS

  1. Aku…di posisi manakah
    Retoris yang menjadikanku tak lupa bercermin setiap hari dalam syukur dan perhentian bersama dg Tuhan yang tak pernah jemu mendampingi dan melindungiku
    Artikel di atas menjadi bagian sudut refleksi bagi setiap pribadi, tq Romo

  2. Artikelnya sungguh membuat setiap pribadi menjadi bermartabat sebagai ciptaanNYA dan senantiasa bersyukur atas talenta yang diberikanNYA dan penyadaran untuk terus berkembang.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here