KEMARIN, seorang adik sedang menyiapkan segala sesuatu tentang wisudanya. Segala kebanggaan akan segera menyandang gelar Sarjana Teknik dia berikan pula bagi orangtua yang selama ini mendukung penuh pendidikan serta cita-citanya. “Aku juga ikut wisuda ini, karena Papa yang pengin kok, Mbak!… Aku sih males. Udah cape-cape dandan, nanti diarak. Ujung-ujungnya dibanjur air. Haddduuuhhh….”
Tapi, dengan kesadaran penuh, ia mau mengikuti semua proses tersebut. Kebahagiaan ini memang sangat berarti bagi orang tua serta keluarganya.
Sambil menyiapkan itu, kami berbincang ringan tentang segala cerita semasa dia kuliah. Banyak hal yang bisa ia dapat. Namun, banyak hal pula yang mengecewakan hatinya. Hal yang dia maksud itu antara lain tentang bagaimana dia sudah dilangkahi oleh adik angkatannya.
“Gile aje, adik angkatanku bakal wisuda bareng denganku,” keluhnya.
“Tapi, kan kamu dapat nilai bagus dan langsung kerja,” dalih saya.
“Iya sih… Dia belum tahu juga gimana…”
Meski pada akhirnya ia masih merasa dilangkahi, namun pada akhirnya adik saya itu mengakui bahwa dia memang bisa lebih unggul dari adik angkatan yang sudah bisa wisuda bareng dengannya itu. (Bersambung)
Anjar Anastasia, penulis kreatif dan aktivis di Komisi Pemuda Keuskupan Bandung.