Maria dan Elizabet Lahan Subur bagi Sabda Tuhan

0
517 views
Ilustrasi: Pertemuan Maria dan Elisabeth (By Emmock)

Minggu, 19 Desember 2021

  • Mi.5:1-4a.
  • Mzm. 80:2ac.3b-15-16.18-19; Ibr. 10:5-10.
  • Luk.1:39-45

PERNAHKAH menerima pemberian yang tidak diberikan dengan ikhlas?

Seseorang bisa memberi berbagai barang atau jasa kepada kita. Namun hati kita merasa tak enak, karena orang itu dalam beberapa kesempatan selalu mengungkit pemberiannya.

Mengingatkan kita akan kebaikannya, supaya kita tidak akan pernah lupa.

Pemberian yang tidak ikhlas itu menjadikan kita seperti orang yang berutang dan terus ditagih.

“Tuhan memberkati kita berlimpah agar kita bisa menolong sesama,” kata seorang bapak.

“Namun itu yang saya abaikan selama ini,” lanjutnya.

“Saya merasa malu ketika ibu saya meninggal, begitu banyak orang yang membantu kami,” katanya.

“Saya tidak begitu akrab dengan mereka namun mereka guyub melakukan banyak hak yang sangat meringankan beban kami,” ujarnya.

“Mereka dengan senang hati hadir dan menemani kami dalam situasi duka kami,” lanjutnya.

“Keiklasan dan ketulusan hati yang mereka ungkapkan dengan penuh kasih telah membantu kami bahwa kami tidak sendirian dalam duka itu,” katanya.

“Kehadiran mereka menghidupkan harapan dan sukacita di hati kami,” katanya lagi.

“Padahal saya sering memberi dengan tidak ikhlas, saya melakukannya tidak dengan daya kasih, namun demi mencari keuntungan pribadi,” ujarnya lagi.

“Peristiwa duka telah membuat kami menyadari betapa mulia sikap iklas dan tulus dalam membangun harapan,” ujarnya.

“Sama seperti Bunda Maria yang berbagai kabar sukacita dan harapan dengan Elizabet,” katanya.

“Maria dalam membagikan kabar keselamatan dengan kerelaan hati, dengan suka hati meski dibayangi-bayangi masalah yang pelik berkaitan dengan bayi yang dikandungnya,” katanya lagi.

“Maria membuat hidup orang lain bahagia dan dengan kesadaran bahwa dia adalah perpanjangan tangan Tuhan untuk memberkati orang lain,” ujarnya lagi.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. 

Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet.”

Maria dan Elizabet, dua perempuan yang hatinya terbuka akan kehadiran Tuhan.

Maria dan Elizabet ibarat tanah subur yang menerima benih yang ditaburkan Allah.

Benih itu tumbuh dengan suburnya di dalam hidup mereka hingga bisa memberi pengayoman dan perlindungan, keselamatan bagi alam semesta dan seluruh isinya.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku bisa menjadi manusia yang berbagi harapan dengan sesama?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here