Maria dan Rosario

1
718 views
Ilustrasi: berdoa. (ist)

Jumat, 7 Oktober 2022

Santa Perawan Maria, Ratu Rosario

  • Kis. 1:12-14.
  • Mzm.: Luk. 1:46-47.48-49.50-51.52-53.54-55
  • Luk. 1:26-38.

“SANTA Maria Bunda Allah doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan pada waktu kami mati. Amin”.

Kalimat itu meluncur lancar dari mulut seorang bapak pada saat dia mendapat giliran mendoakan doa salam Maria pada waktu doa rosario di sebuah lingkungan.

Tiba-tiba ada suara anak yang nyeletuk, “Pak bagaimana kami menjawabnya”.

“Saya juga tidak tahu bagaimana menjawabnya, nak,” kata ibunya

Lalu selanjutnya muncul suara berisik dan ada suara tawa yang tertahan dari umat lainnya yang ikut berdoa rosario tersebut.

Kenyataan yang terjadi seperti ini sering kali kita jumpai. Dalam doa hafalan yang sederhana ini, sering kali pikiran kita melantur dan muncul kekosongan dan kekaburan.

Santo Montfort menganjurkan setiap orang yang ingin berdoa Rosario untuk memohon kepada Roh Kudus, rahmat keheningan hati dan ketenangan serta dijauhkan dari gangguan pikiran kosong selama berdoa rosario tersebut.

Di kampung-kampung, di pedalaman tempat saya pernah melayani dulu, barang devosional yang banyak dicari oleh umat adalah rosario.

Bagi kebanyakan umat, rosario tidak ubahnya seperti jimat, apalagi jika sudah diberkati. Seakan tanpa digunakan untuk berdoa pun mereka sudah mendapatkan ketenangan dan keamanan.

Bagi umat kebanyakan rosario indentik dengan orang Katolik. Kalau kita lihat orang memakai rosario kita dengan cepat beranggapan bahwa orang tersebut orang Katolik. Kita bangga jika ada artis atau atlit menggunakan rosario.

Sebaliknya, kita merasa malu ketika seorang penjahat yang tertangkap menggunakan rosario di lehernya.

Rosario seakan mewakili identintas komunitas Katolik. Selain dipakai sekadar aksesori, ada juga sebagian umat yang menggunakan untuk berdoa, kala mereka sungguh mengharapkan pertolongan Tuhan.

Memakai dan menggunakan rosario menjadi semacam penghormatan terhadap peran Maria dalam peziarahan hidup.

Dengan memakai rosario terasa lebih mantap dalam melakukan segala aktivitas hidup. Namun jika sampai memandang rosario sebagai jimat, maka tindakan tersebut perlu dimurnikan.

Rosario bukanlah jimat, doa Salam Maria bukanlah mantra.

Penghormatan kepada Bunda Maria haruslah ditempatkan pada tempat yang wajar dan benar.

Dalam doa rosario, gerakan batin kita dituntun oleh Roh Kudus untuk bersyukur atas musim semi, musim tumbuhnya harapan hidup baru pada bulan Mei.

Maria sungguh seorang ibu yang melahirkan benih-benih harapan baru yang mulai menampakan kuncup kehidupan.

Melalui doa rosario kita diundang untuk berkontemplasi akan kerahiman Allah, yang menghidupkan dan menumbuhkan harapan. Harapan yang bersemi bersama dengan tumbuhnya pohon-pohon yang mulai menampilkan kuncupnya.

Ucapan syukur kepada Tuhan atas panen yang melimpah di bulan Oktober. Benih yang pada bulan Mei tumbuh dan berkembang kini menghasilkan panen yang melimpah.

Panen yang menegaskan bahwa Allah yang merawat, memupuk dan mengisi bulir-bulir kehidupan kita sampai berbuah masak. Melihat hasil panen rahmat kehidupan yang melimpah, manusia diundang untuk mengkontemplasikan karya penyelamatan Allah.

Melalui doa rosario pada bulan Oktober kita diundang untuk bersama Maria bersyukur atas anugerah jaminan kehidupan yang dilimpahkan kepada Tuhan kepada manusia.

Bersama Bunda Maria dan orang beriman lain, kita tekun berdoa bersama, sehati menyatukan doa kita sebagai doa Gereja.

Dengan mendaraskan rosario penuh kepasrahan, ketekunan, dan kepercayaan, kita merenungkan misteri-misteri dan memperoleh dari pada-Nya anugerah rahmat pertobatan dan perubahan hati.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Jadilah padaku menurut perkataanMu.”

Inilah kata-kata Bunda Maria yang sangat terkenal dan bisa kita jadikan ungkapan iman kita sehari-hari dalam keadaan apa pun.

Kita seringkali terluka karena telah berusaha sebaik mungkin dalam hidup ini, jangankan diapresiasi oleh sesama dpandang secara seimbang dan positif pun tidak.

Kita dalam keterbatasan dan kelemahan telah berusaha melakukan yang terbaik bagi sesama, namun tetap dipersalahkan, dituduh, diperbincangkan di belakang kita.

Pengalaman dibuat gagal semacam ini seringkali mengakibatkan kita merasa kecewa, sedih, frustasi, getir, dan terluka.

Dalam situasi seperti ini, kita tetap patut mengucapkan kata-kata, “jadilah padaku menurut perkataan-Mu.”

Dengan menempatkan semua peristiwa hidup kita dalam tangan Tuhan, kita diundang untuk rendah hati.

Santo Agustinus pernah menulis bahwa Maria menjadi ibu Yesus, bukan karena Maria melahirkan Yesus secara jasmani saja, melainkan lebih-lebih karena iman akan Roh Kudus yang berkarya di dalam hidupnya.

Maria sangat percaya akan karya Roh Kudus, sehingga merelakan dirinya untuk menjadi bunda penebus.

Karena totalitas imannya kepada Roh Kudus, maka Bunda Maria menjadi murid Yesus yang paling setia. Sampai puncak Golgota dengan tenang Maria merenungkan setiap sabda Tuhan.

Maria telah menjadi pengikut Kristus yang mencecap, merenungkan dan melaksanakan Sabda Tuhan.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku mencintai Allah bersama dan sesuai dengan teladan Bunda Maria?

1 COMMENT

  1. Memang realita kehidupan ini sangat tidak mudah jika yang menjalani nya dengan sulit, tetapi menurut saya lebih baik memilih yang mudah kita lakukan tetapi tetap di jalan yang di kehendaki oleh Tuhan. Asalkan mampu bersyukur dengan ketulusan hati menurut saya lebih mudah atau ringan. Tetapi jika kita bersyukur tetapi hanya di mulut saja maka kehidupan ini juga akan terasa berat untuk di lalui ?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here