KETIKA masyarakat internasional pada tanggal 11 Februari ini memperingati Hari Orang Sakit Sedunia dan KAJ merespon ini dengan misa khusus mendoakan orang sakit, ingatan kita langsung mengacu pada pertanyaan penting: Masih adakah pelayanan pastoral rumah sakit?
Pertanyaan ini mengemuka, seiring dengan memori masa lampau ketika Gereja Katolik Indonesia memiliki dua pastor dengan kharisma luar biasa yakni punya perhatian besar terhadap orang-orang sakit. Sesuai dengan ingatan penulis, kedua pastor kharismatis itu adalah Pater Jan Weitjen SJ dan Pater Ben Tentua OFM –kini keduanya sudah almarhum.
Dengan kharisma yang sangat membumi, kedua almarhum pastor ini suka mendatangi pasien dan orang sakit yang kebetuan tengah mendapat perawatan inap di rumah-rumah sakit. Pater Jan Weitjen SJ sering melakukan karya pastoral rumah sakit dalam bentuk pelayanan sakramental di RS Panti Rapih dan RS Bethesda –keduanya rumah sakit ini berada di Kota Yogyakarta. Sesekali, almarhum pastor Jesuit ini juga mengunjungi pasien katolik di RS Dr Sardjito Yogyakarta.
Selain mengunjungi pasien rumah sakit, Pastor Jan Weitjen yang dulu mengajar Sejarah Gereja juga melakukan karya yang tidak menarik bagi para Jesuit lainnya: mengunjungi para narapidana katolik di LP Wirogunan Yogyakarta.
Sebagai imam Jesuit dengan kemampuan berbahasa Jawa yang sangat halus, almarhum Pater Jan Weitjen SJ suka mengunjungi paroki-paroki desa di sekitar Yogyakarta dengan naik sepeda onthel. Tahun 1970-an, beliau sering mengujungi Paroki Wedi dengan naik skuter dan kemudian bergaul akrab dengan para misdinar paroki.
Yang menakjubkan, almarhum Pater Weitjen SJ ini dengan gampangnya menghafalkan nama setiap misdinar yang pernah dia jumpai di mana pun. Ia hapal nama masing-masing anak dan menyapanya dengan bahasa Jawa yang baik, sangat khas, dan sangat kebapakan.
Lain halnya dengan almarhum Pater Ben Tentua OFM.
Pastor Fransiskan ini juga punya kharisma khusus: perhatian besar terhadap orang sakit. Dari Pastoran Vincentius di Jl . Kramat Raya atau sebelumnya di Paroki St. Paskhalis –saat gereja lama masih di Tanah Tinggi, Galur, Jakpus—almarhum Pater Ben Tentua OFM juga suka mengunjungi para pasien katolik di RS Sint Carolus Jakarta.
Saya tidak tahu apakah beliau juga mengunjungi para pasien katolik di rumah-rumah sakit lainnya, semisal di RSCM atau lokasi lainnya.
Yang pasti, kehadiran seorang pastor katolik seperti almarhum Pater Ben Tentua OFM yang memberi pelayanan sakramental kepada orang sakit sungguh merupakan tindakan mulia dan meneguhkan iman. Apalagi, ketika para pasien katolik itu membutuhkan uluran tangan hiburan dan layanan Sakramen Perminyakan Terakhir.
Dewasa ini, kehadiran Gereja Katolik yang memberi penghiburan kepada orang-orang yang tengah menderita sakit, lumpuh, menjalani hidup renta karena usia tua masih tetap dibutuhkan. Syukur-syukur kalau Keuskupan atau Provinsial Ordo/Kongregasi dengan resmi menugaskan pastor untuk melakukan pelayanan istimewa ini.
Jangan sampai terjadi seperti ini.
Sudah acap kali terjadi bahwa terlihat ada banyak uskup dan pastor beramai-ramai datang memberkati pernikahan calon pasutri dari keluarga berada. Namun pada kesempatan lain, di lorong-lorong zal rumah sakit kehadiran mereka justru tidak ada.
Kalau pun para pastor itu memang ada di pastoran, jangan sampai juga ketika ada ketokan pintu minta pelayanan sakrametal untuk penghiburan dan ‘sangu rohani’ menuju Allah Sang Pencipta, maka dengan garangnya pastor menjawab: “Maaf ya, pastor sedang sibuk main Instagram atau Facebook”.
Pengalaman saya pribadi
Pertengahan tahun 2012 saya harus opname di RS. Panti Rapih Yogyakarta.
Sebagai pasien yang beragama katholik, saya mendapatkan siraman rohani yang sangat istimewa, sehingga saya merasakan bahwa opname di rumah sakit ini sebenarnya adalah retret rohani.
Setiap hari, sore menjelang malam, saya diajak untuk merenungkan sabda Allah (melalui jaringan sound system) dan diakhiri dengan penerimaan Tubuh dan Darah Kristus, yang diantar ke kamar pasien oleh suster-suster CB.
Saya juga berkesempatan menerima sakramen tobat melalui Rm. Subiyanto ( pernah menjadi Pastor Paroki di Paroki Wedi ketika saya mudika, sehingga ini menjadi semacam reuni ).
Paling tidak Pastoral Orang Sakit masih berlangsung di RS. Panti Rapih.
ttd
Jayatun