Mata Curiga

1
401 views
Ilustrasi.

Renungan Harian
Jum’at, 18 Juni 2021
Bacaan I: 2Kor. 11: 18. 21b-30
Injil: Mat. 6: 19-23
 
BEBERAPA waktu yang lalu, ketika saya tinggal di Pastoran Unio Kramat VII Jakarta, suatu sore saya ingin membeli kabel data ke sebuah pusat perbelanjaan di kawasan Senin, Jakarta.

Saya pergi ke tempat itu dengan menumpang mikrolet. Saya menghentikan Mikrolet yang tidak penuh dengan penumpang.

Di dalam mikrolet itu ada empat orang penumpang semua ibu-ibu. Ketika saya masuk ke dalam mikrolet, dan duduk, saya melihat semua ibu-ibu dengan cepat mendekap erat-erat tas bawaan mereka sembari melihat saya dengan mata yang curiga.

Dalam hati saya berkata: “Waduh, mereka pikir saya ini copet yang hendak beraksi.”
 
Di depan saya, duduk seorang perempuan muda, dugaan saya seorang yang pulang dari kantor. Ketika saya duduk di depannya, di segera menarik-narik rok pendeknya agar bisa menutupi paha dan lututnya.

Sebenarnya saya tidak memperhatikan dia, tetapi karena dia sibuk justru membuat saya melihat apa yang sedang dilakukan.

Ia melakukan itu sembari matanya tajam melihat saya seolah-olah saya ini penjahat yang hendak menelan dia.
 
Tentu apa yang dilakukan orang-orang di dalam mikrolet yang melihat saya tidak bisa disalahkan mengingat ada banyak kejahatan di sekitar mereka. Atau bahkan mereka sudah punya pengalaman tidak menyenangkan berkaitan dengan situasi di kendaraan umum.

Di samping adanya banyak berita yang mewartakan adanya banyak kejahatan baik dalam bentuk pencopetan, kekerasan maupun bentuk-bentuk pelecehan terhadap perempuan.
 
Mengingat peristiwa tersebut, saya sadar betapa pada masa sekarang ini amat sulit menemukan mata yang ramah, mata yang tidak curiga terhadap orang lain.

Jangankan di kendaraan umum rentan dengan kejahatan. Bahkan di dalam gereja pun menemukan mata yang ramah, yang memandang orang lain sebagai sesama sudah langka.

Pengalaman hidup dan sikap hidup seseorang mempengaruhi cara seseorang melihat orang lain. Dan sebaliknya, cara seseorang melihat sesuatu mempengaruhi cara seseorang bersikap dan bertindak.
 
Betapa menyenangkan dan membuat diri aman serta nyaman, manakala bertemu dengan orang-orang yang matanya melihat dengan ramah dan sejuk.

Namun, lingkungan dan situasi membentuk seseorang sulit menemukan mata yang ramah dan sejuk itu.

Benarlah sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Matius: “Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu. Jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.”
 
Bagaimana dengan aku?

Adakah aku mempunyai mata yang selalu ramah dan sejuk  memandang orang lain?
 

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here