Mati untuk Kehidupan Baru

0
366 views
Ilustrasi: Benih jatuh di pinggir jalan, tempat berbatu, semak duri dan tanah yang baik by dwellingintheword

Rabu 10 Agustus 2022

  • 2Kor. 9:6-10
  • Maz 112:1-2,5-6,7-8,9
  • Yoh 12:24-26.

KITA semua hidup di dunia dan sedang menuju kepada kematian.

Kematian bagi kebanyakan orang merupakan sesuatu yang menakutkan dan mengerikan.

Maka kita bisa mengerti mengapa manusia sama sekali tidak suka berpikir atau berbicara mengenai kematian.

Singkatnya, kematian menjadi sesuatu yang tabu untuk dibicarakan.

Di sisi lain, ada banyak usaha untuk menghindari kematian dari budaya kita.

Hal ini dikarenakan pada umumnya, kita mempunyai konsep tentang kehidupan dan kematian hanya satu arah saja: yakni dari hidup menuju kematian.

Kematian itu adalah bagian dari kehidupan kita di dunia ini. Lalu bagaimana kita seharusnya menyikapi kehidupan dan kematian?

Dalam bacaan Injil hari ini, kita dengar demikian.

“Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah,”

Yesus menjelaskan tentang kehidupan dan kematian, konsep dunia: dari hidup menuju mati; sedangkan konsep Yesus: dari hidup menuju mati dan hidup lagi.

Agar biji gandum itu dapat bertumbuh dan berbuah maka ia harus ditanam dan mati terlebih dahulu.

Melalui injil hari ini, Yesus sedang mengungkapkan rahasia kehidupan yang dijalani-Nya di dunia ini.

Seperti biji gandum, hidup Yesus harus mati dulu untuk menghasilkan buah-buah keselamatan yang berlimpah.

Tuhan Yesus mau taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib, maka ada buah yang dihasilkan, yaitu orang yang percaya kepada-Nya diselamatkan dan diperdamaikan dengan Allah.

Di sini kita melihat bagaimana Yesus telah memberi contoh dan teladan dalam hal menyangkal diri demi keselamatan umat manusia dan dunia ini.

Bagi Yesus, syarat utama menjadi murid Kristus adalah menyangkal diri.

Hidup ini begitu singkat, mari kita jalankan dengan sebaik-baiknya dengan jalan memuliakan Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama kita.

“Untuk apa kita memperoleh segala sesuatu di dalam hidup yang sementara ini, tetapi kita kehilangan hidup yang kekal?”

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku siap menjadi biji, yang mati demi kehidupan baru?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here