Jumat 11 Agustus 2023.
- Ul. 4:32-40.
- Mzm. 77:12-13,14-15,16,21.
- Mat. 16:24-28.
KETIKA kita tersandung, jangan menyalahkan batu yang menghambat kita, tapi salahkan diri kita karena tidak hati-hati.
Dalam kehidupan ini, tidak sedikit masalah yang kita anggap sepele kadang berubah menjadi batu sandungan yang besar hingga membuat langkah hidup kita gagal.
Kegagalan seringkali bukan disebabkan faktor luar melainkan dari dalam diri yang tidak lagi waspada dan penuh hati-hati.
Kadanng jalan kemuridan kita dalam hidup mengikuti Yesus harus berjalan memutar dan berliku-liku karena kesalahan-kesalahan pribadi yang awalnya tidak pernah kita perhitungkan.
Kepentingan diri yang mengambil semua porsi perhatian telah mengaburkan jalan keselamatan kita.
Hampir semua orang memiliki orientasi untuk menjadi sukses dan pada umumnya sukses identik dengan uang atau harta kekayaan yang berlimpah
Memang betul seorang karyawan dianggap sukses apabila bisa mencapai posisi puncak dalam perusahaan, seorang mahasiswa dianggap sukses apabila dapat menyelesaikan studinya dengan baik, namun semua itu, ujung-ujungnya adalah untuk meraih uang atau harta sebanyak-banyaknya.
Ketika harta dan kekayaan menjadi satu-satunya fokus kehidupan ini, hingga kita melupakan tanggung jawab kita dalam mencintai Tuhan pada diri sesama, kita telah mengambil jalan hidup yang salah.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”
Yesus mengingatkan kita semua agar jangan terjebak oleh pola pikir dunia yang terus mengajarkan untuk mencari kebahagiaan lewat kemewahan dan timbunan harta, kekuasaan, tinggi status dan sebagainya.
Kebijaksanaan dunia terus mempengaruhi kita untuk berpikir bahwa dengan menimbun harta sebanyak-banyaknya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya kita bisa memastikan hari depan yang lebih cerah, memberikan rasa aman dan bahagia.
Tuhan Yesus mengingatkan kita bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan sejati sesungguhnya ada di tangan Tuhan, dan bukan tergantung dari besarnya harta kepemilikan kita, status atau kekuasaan di dunia.
Semua itu tidak ada gunanya jika kita harus kehilangan keselamatan, dan sama sekali tidak sebanding dengan ganjaran yang akan kita peroleh kelak.
Yesus justru menganjurkan kita agar mengumpulkan harta bukan di bumi melainkan di Surga.
Ingat jangan sampai kita ini ibarat, “Mburu uceng kelangan deleg.” Arti peribahasa ini adalah mengejar sesuatu yang kecil tetapi kehilangan miliknya yang lebih besar.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku mengejar harta duniawi atau keselamatan kekal?