Medali Hati Kudus dan Keluarga Kudus untuk Temani Peziarahan Novis Kongregasi Suster PMY

0
383 views
Misa syukur penerimaan novis, pesta prasetya 25 tahun suster PMY dan pembaharuan Prasetya. (Dok. Kongregasi PMY)

KATA asing kleding berasal dari bahasa Belanda in kleding yang artinya mengenakan baju atau jubah.

Dalam hidup membiara, kata kleding merujuk pada prosesi penerimaan jubah bagi para Postulan yang memasuki Masa Novisiat tahun pertama atau Tahun Kanonik.

Sebetulnya, para Postulan Kongregasi Suster PMY telah memakai jubah berwarna biru telur asin dengan bros salib kecil yang kemudian disematkan di kerah kanan jubah. Namun mereka belum memakai kerudung.

Saat memasuki Masa Novisiat itulah, mereka kemudian mulai memakai jubah putih, kalung medali dan kerudung. Umumnya, mereka sudah mulai dipanggil “suster”.

Di Tahun Kanonik ini, para novis diuji kemantapan sebagai calon suster Kongregasi PMY. Mereka mulai diperkenalkan dengan kharisma pendiri dan spiritualitas Kongregasi, Konstitusi Kongregasi, kaul-kaul, hidup bersama, dan hidup doa.

Makna medali PMY

Para novis PMY dikenali dari kalung medali yang memiliki dua sisi dengan gambar yang berbeda. Kalung medali mereka berbeda dengan kalung para suster PMY yang sudah berprofesi sementara dan berkaul kekal yaitu medali pokok anggur.

Medali para novis PMY berbentuk bulat. Yang satu sisi berukir Hati Kudus Yesus, sementara sisi yang lain berukir Keluarga Kudus Nazareth.

Simbol dari medali ini adalah, dari dimensi doa, para novis diajak semakin berpusat pada Yesus yang memiliki Hati yang Kudus, yang mencintai manusia sehabis-habisnya, namun sering kali terluka oleh kedosaan manusia.

Meskipun manusia sudah diajak untuk bertobat tetapi sering kali keras hatinya dan tidak mau bertobat.

Luka tergambar secara nyata pada peristiwa Tuhan Yesus di salib. Salah satunya pada saat serdadu menusuk lambung-Nya dengan tombak sehingga keluar darah dan air.

Makna gambar di balik medali yang biasa dikenakan oleh para novis Kongregasi PMY. (Alrin)

Dalam sejarah Devosi Hati Kudus Yesus, keluarnya darah dan air dari lambung-Nya menjadi pengenalan umat pertama kepada Hati-Nya yang Kudus.

Untuk itulah, para novis, seperti yang diajarkan oleh Santo Yohanes Rasul – Pelindung Kongregasi PMY- diajak untuk tinggal (bahasa Yunani: menein) di dalam Hati-Nya. Juga diajak untuk memiliki hati yang -meski telah terluka- tetap mau mengasihi sesama dan Tuhan.

Masa Postulat dan Novisiat

Hal ini juga menjadi semacam perjalanan ziarah para novis dalam menjalani Masa Novisiat tahun pertama.

Pada sisi yang berukir Keluarga Kudus di Nazareth -Yesus, Maria dan Yosef- memiliki makna agar para novis mulai menghayati dan memaknai hidup bersama, meskipun di Masa Postulan pun mereka sudah mengalami hidup bersama.

Tekanan yang diberikan untuk hidup bersama di Masa Novisiat tahun pertama adalah meneladan Keluarga Kudus yang saling berbagi dan menerima, saling mengasihi, saling mengampuni, dan saling membangun.

Prosesi penerimaan novis baru Kongregasi Suster PMY berlangsung di kapel Novisiat PMY di Wonosobo, Jateng. (Dok. PMY)

Hal ini penting, terlebih karena para Novis Tahun Pertama banyak tinggal di dalam komunitas dan sedikit “terputus” dari dunia luar.

Mereka tidak diperbolehkan menghubungi keluarga mereka selama setahun dan tidak boleh banyak bepergian; kalau tidak mendesak dan penting.

Tentu hal ini akan menjadi tantangan bagi mereka – yang umumnya adalah generasi milenial atau Generasi Z yang berciri aktif, suka akan hal-hal baru, dinamis dan berjiwa petualang.

Di sinilah mereka ditantang untuk dapat menciptakan atau membangun hidup bersama secara kreatif seperti Keluarga Kudus di Nazareth. Mereka diajak selalu menemukan Tuhan dalam rutinitas yang mungkin membosankan dan itu-itu saja. Finding God in the mundane.

Orangtua spiritual

Teladan kebersamaan itu ada dalam diri Tuhan Yesus, Bunda Maria dan Santo Yosef. Selain itu, karena Bunda Maria dan Santo Yosef dianggap sebagai orangtua spiritual Kongregasi.

Artinya, sebagai anak-puteri, para novis diajak untuk meneladan keutamaan-keutamaan yang dimiliki oleh orangtua spiritual mereka.

Hal ini sungguh khusus di dalam Kongregasi PMY, karena dengan mengenakan kalung medali Hati Kudus Yesus dan Keluarga Kudus di Nazareth, para novis –dalam pembinaan dan peziarahan mereka di Masa Novisiat- mereka harus selalu ingat bahwa mereka ditemani oleh Tuhan Yesus dan Hati-Nya yang Kudus, Bunda Maria, dan Bapa Yosef sebagai orangtua spiritual mereka. 

Tiga suster novis Kongregasi PMY asal Timor Leste. (Dok. Kongregasi PMY)

Mereka yang memasuki Masa Novisiat Tahun Kanonik dan pestanya telah dirayakan tanggal 5 Juli 2022 lalu adalah:  

  • Anna Adelcia Belo yang kemudian mengambil nama biara Sr. Anna.
  • Doroteia da Costa dengan nama biara Sr. Doroteia.

Keduanya berasal dari Timor Leste. Sr. Anna berasal dari Keuskupan Baucau dan Sr. Doroteia berasal dari Keuskupan Agung Dili.

Setahun yang lalu juga ada penerimaan jubah kepada Postulan asal Timor Leste, yaitu Sr. Bendita yang tahun ini memasuki Masa Novisiat Tahun Kedua.

Pada hari itu, selain penerimaan jubah biara, juga berlangsung Perayaan Ekaristi syukur di mana dilangsungkan pembaharuan kaul para suster yunior PMY, yaitu:

  • Sr. Zita PMY -sekarang tugas belajar program D3 Komputer Akuntansi di AMIK JTC Semarang merangkap Staf Administrasi SLB-B Dena Upakara Wonosobo.
  • Sr. Bakhita PMY yang baru saja menyelesaikan studi teologi di Fakultas Teologi Wedabakti Universitas Sanata Dharma dan kemudian berkarya sebagai Guru di SLB-B St. Marie Baucau, Timor Leste.
  • Sr. Elisabeth PMY yang saat ini masih melakukan tugas belajar program S1 PGSD di Universitas Sarjanawiyata – Taman Siswa, Yogyakarta.
  • Sr. Fransis PMY, kini tugas belajar programS1 Akuntansi di Unika Soegijapranata, Semarang.
  • Sr. Kalista PMY, guru Taman Bermain di SLB-B Dena Upakara, Wonosobo.
  • Sr. Yakoba PMY, tengah tugas studi programS1 Bimbingan Konseling di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Pesta 25 tahun hidup membiara

Saat itu, para suster PMY juga merayakan dengan penuh syukur 25 tahun hidup membiara Sr. Magdalen PMY.

Suster yubilaris saat ini berkarya bersama Sr. Iendrawati PMY di Panti Wreda Catur Nugraha di Kaliori Banyumas. Letak panti ini satu komplek dengan Gua Maria Kaliori.

Sang jubilaris Sr. Magdalen PMY yang baru saja merayakan pesta hidup membiara selama 25 tahun berdiri diapit dua suster novis PMY.

Misa syukur berlangsung di kapel biara Kongregasi PMY di Wonosobo. Misa dipimpin oleh Romo Emmanuel Yeppy Pr sebagai selebran utama didampingi oleh Romo Nico Belawing Setiawan OMI.

Dalam homilinya, para suster diajak untuk kembali ke cinta mula-mula, yaitu kepada panggilan pertama sebagai suster PMY.

Mereka diajak untuk meneladan Bunda Maria yang sebagai hamba senantiasa menunjukkan ketaatannya kepada kehendak Allah. Sebagai konsekuensinya, para suster diajak untuk selalu taat kepada pimpinan dalam setiap menjalani tugas pengutusannya, meskipun tugasnya tidak sesuai seperti yang diharapkan.

Narasumber:

Sr. Emilia PMY, pendamping Postulan dan Novis PMY –kini tinggal di Komunitas Novisiat Anna Catharina, Wonosobo, Jateng.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here