Medan Tugas Yang Berbahaya

0
886 views

“Pergilah! Camkanlah, Aku menutus kalian seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.” (Luk 10,3) 

BEBERAPA waktu yang lalu, Presiden mengadakan inspeksi pelaksanaan pembangunan jalan raya Trans Papua di Wamena, Jaya Wijaya, Papua dengan naik motor trail. Tindakan ini tergolong nekat, menurut para petugas keamanan. Kodam dan Polda bersiaga satu untuk mengamankan kegiatan Presiden. Selain itu, AL juga menyiapkan sejumlah kapal perang yang dilengkapi helikopter penyelamat di perairan dekat tempat tersebut. TNI AU juga menyiapkan jet-jet tempur dan helikopter. Pengamanan terhadap kegiatan Presiden begitu berlapis, karena derah tersebut tergolong rawan terhadap kelompok sipil bersenjata, OPM, yang sering melakukan serangan terhadap pekerja pembangunan.

Wilayah kerja Presiden memang cukup luas, terbentang dari Sabang sampai Merauke; terdiri dari daratan, lautan dan kepulauan yang bertebaran di Nusantara; terdiri dari banyak daerah yang sudah tergolong aman dan juga banyak daerah yang masih tergolong rawan dalam soal keamanan. Sebuah wilayah kerja disebut rawan dan tidak aman, karena daerah tersebut sering terjadi hal-hal atau peristiwa yang bisa mengancam kehidupan. Ancaman tersebut bisa berasal dari alam yang sering menimbulkan bencana besar, berbagai binatang buas, atau kelompok orang bersenjata yang dengan sadar ingin mengganggu, mengacau atau menimbulkan kerusuhan.

Di wilayah yang aman, orang bisa bekerja dengan nyaman dan tenang; mereka bisa fokus terhadap pekerjaan yang digeluti dan menyelesaikannya dengan baik. Namun demikian, banyak orang sering bekerja di tempat yang rawan dan tidak aman, karena sebuah penugasan yang tidak bisa ditolak. Banyak orang merasa tidak aman dan tidak nyaman di dalam bekerja; mereka merasa gelisah, kawatir dan takut terhadap ancaman atau bahaya yang bisa datang setiap saat; mereka pun tidak fokus terhadap pekerjaan dan tidak bisa bekerja dengan maksimal. Banyak orang terpaksa bertahan; namun banyak pula yang minta pindah.

Medan tugas yang berbahaya dan tidak aman juga sering dihadapi oleh para murid di dalam menjalankan tugas pelayanan atau perutusannya. Mereka diutus seperti domba di tengah-tengah serigala. Situasi seperti ini nampaknya berlangsung terus sepanjang kehidupan Gereja atau umat beriman, sejak dahulu sampai saat ini. Betapa banyak rasul, murid dan misionaris yang telah mati dan menjadi martir di medan tugas dan pelayanan. Ancaman atau bahaya memang bisa beragam bentuknya, tidak hanya terbatas pada bencana alam atau serangan binatang buas. Ancaman dan bahaya bisa juga berasal dari orang lain, yang berbeda dalam banyak hal, yang tersinggung dan marah, yang menolak dan memusuhi.

Domba tidak akan dibiarkan sendirian di tengah-tengah serigala. Gembala pasti akan datang, melindungi dan menjaganya. Sang Gembala Agung pun pasti akan datang, melindungi dan menjaga para murid yang sedang melaksanakan tugas perutusan dan pelayanan kepada banyak orang, khususnya di medan tugas yang berbahaya. Keyakinan inilah yang meneguhkan para murid, misionaris dan seluruh umat beriman untuk tetap setia pada tugas perutusan dan pelayanan; untuk tetap bersemangat dan tidak berputus harapan; tetap bertahan dalam kesulitan, ancaman dan bahaya.

Dalam peristiwa dan pengalaman apa, saya berada dalam situasi domba di tengah-tengah serigala? Apa yang saya lakukan menghadapi situasi seperti itu? Berkah Dalem.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here