Melampaui Inkulturasi

0
28 views
Tarian adat Dayak menyambut kedatangan Bupati Kabupaten Sintang dr. Jarot Winarno, Uskup Keuskupan Sintang Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap, dan para tetamu undangan lainnya. (Victor Emanuel)

INJIL hari ini (Matius 9:14-17) bicara tentang ajaran lama dan baru. Yesus datang untuk menggantikan yang lama dengan yang baru. Bukan dengan menghapuskan yang lama, melainkan dengan menyempurnakannya (Matius 5:17).

Hal itu tampak dalam jawaban Yesus ketika menanggapi pertanyaan para murid Yohanes Pembaptis (Matius 9:14).

Pertama, puasa orang Farisi dimaksudkan untuk mempercepat datangnya Kerajaan Daud yang Tuhan janjikan (1 Raja-raja 11:38). Kerajaan Daud itu hadir di dalam diri Yesus (Lukas 1:32-33). Karena itu, para murid Yesus tidak perlu berpuasa (Matius 9:15).

Kedua, Yesus datang membawa ajaran-ajaran baru. Hal itu tampak dalam Khotbah di Bukit (Matius 5-7). Berulang kali Yesus mengutip Perjanjian Lama dan menegaskan ajaran-Nya yang baru.

Misalnya, “Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Matius 5:43-44).

Dalam injil hari ini, Yesus mengumpamakan hal lama dengan kain lama dan ajaran-Nya sebagai kain yang baru (Matius 9:16). Ajaran-Nya bagaikan anggur yang baru yang tidak bisa disimpan dalam kantong kulit yang lama (Matius 9:17).

Mengapa Yesus mengatakan itu?

Karena orang-orang Farisi mencoba memasukkan ajaran Yesus ke dalam pikiran dan ajaran mereka. Itu tidak akan cocok.

Ajaran orang Farisi tidak sesuai dengan ajaran Yesus. Injil kemarin (Matius 9:9-13) menegaskan hal itu. Orang Farisi menolak bergaul dengan pemungut cukai dan pendosa. Tetapi Yesus makan bersama Matius dan kawan-kawannya.

Banyak orang yang mencoba mewadahi ajaran Yesus dalam kebudayaan dan mentalitas yang lama.

Mereka sudah dibaptis dan memakai nama Kristen, tetapi hidup mereka tidak berubah. Misalnya, sebagai orang Kristen mereka masih minta bantuan ke dukun.

Namun, ada yang sudah melangkah lebih maju, yaitu mempertahankan bajunya tetapi mengganti isinya. Misalnya, merayakan liturgi dengan bahasa dan budaya lokal. Itu dikenal dengan inkulturasi.

Namun demikian, ajaran Yesus dalam injil hari ini lebih dari inkulturasi. Kita dituntut mengenakan Yesus Kristus dalam hidup kita (Filipi 2:5-8).

Sabtu, 6 Juli 2024
HWDSF

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here